JAKARTA - Jerman tidak akan mengirim jet tempur ke Ukraina, kata Kanselir Olaf Scholz pada Hari Minggu, saat Kyiv meningkatkan permintaan untuk senjata yang lebih canggih dari Barat, guna membantu melawan invasi Rusia.
Setelah perdebatan sengit selama berminggu-minggu dan tekanan yang meningkat dari sekutu, Kanselir Scholz menyetujui pengiriman 14 tank Leopard 2 ke Ukraina dan mengizinkan negara-negara Eropa lainnya untuk mengirim tank sejenis milik mereka.
"Saya hanya bisa menyarankan agar tidak terlibat dalam perang penawaran terus-menerus dalam hal sistem senjata," kata Kanselir Scholz kepada surat kabar Tagesspiegel, melansir The National News 30 Januari.
"Jika, segera setelah keputusan (tentang tank) dibuat, debat berikutnya dimulai di Jerman, itu tidak dianggap serius dan merusak kepercayaan warga terhadap keputusan pemerintah," sambungnya.
Diketahui, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berterima kasih kepada Berlin dan Washington persetujuannya untuk mengirimkan tank tempur utama (MBT), dengan Amerika Serikat mengirimkan 31 MBT M1 Abrams, yang dianggap sebagai terobosan dalam upaya mendukung negara yang dilanda perang itu.
Tapi, Presiden Zelensky menekankan Ukraina membutuhkan lebih banyak senjata berat dari sekutu NATO untuk menangkis serangan Rusia, termasuk jet tempur dan rudal jarak jauh.
Selain itu, Kanselir Scholz memperingatkan peningkatan "risiko eskalasi", dengan Moskow sudah mengutuk janji tank.
BACA JUGA:
"Tidak ada perang antara NATO dan Rusia. Kami tidak akan membiarkan eskalasi seperti itu," tegas Kanselir Scholz.
Untuk itu, Kanselir Scholz mengatakan "perlu" untuk terus berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Panggilan telepon terakhir antara para pemimpin terjadi pada awal Desember.
"Saya akan berbicara dengan Putin melalui telepon lagi," katanya.
"Tapi tentu saja, juga jelas bahwa selama Rusia terus mengobarkan perang dengan agresi yang tidak mereda, situasi saat ini tidak akan berubah," pungkas Kanselir Scholz.