Bertemu Presiden Macron dan Kanselir Scholz, Zelensky Minta Senjata 'Pengubah Permainan'
Presiden Zelensky, Presiden Macron dan Kanselir Scholz saat bertemu di Prancis. (Twitter/@Bundeskanzler)

Bagikan:

JAKARTA - Prancis dan Jerman memiliki kesempatan untuk menjadi 'pengubah permainan' dalam perang melawan Rusia, dengan tidak ragu-ragu mengirimkan senjata berat dan jet tempur modern ke Ukraina, kata Presiden Volodymyr Zelensky saat berkunjung ke Paris, Rabu.

Presiden Zelensky tiba di Paris, Prancis untuk makan malam dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz, setelah mengadakan pembicaraan di Inggris pada pagi hari sebelumnya, di mana dia mendesak sekutu Barat untuk memberikan Ukraina "sayap untuk kebebasan" dengan mengirimkan pesawat tempur, guna membantu membalikkan keadaan melawan Moskow.

"Waktu kita sangat sedikit. Saya berbicara sekarang tentang senjata yang dibutuhkan untuk perdamaian dan untuk menghentikan perang yang dimulai oleh Rusia," kata Presiden Zelensky, melansir Reuters 9 Februari.

"Prancis dan Jerman memiliki potensi untuk menjadi pengubah permainan dan begitulah cara saya melihat pembicaraan kita hari ini. Semakin cepat kita mendapatkan senjata berat jarak jauh dan pilot kita mendapatkan pesawat modern ... semakin cepat agresi Rusia ini akan berakhir," urainya.

Negara-negara Barat diketahui telah meningkatkan janji bantuan militer untuk Ukraina tahun ini, dengan menyediakan ratusan tank, kendaraan lapis baja hingga senjata jarak jauh. Tetapi, sejauh ini menolak untuk mengirimkan pesawat tempur buatan Barat.

Presiden Macron mengatakan, masalah operasional akan dibahas selama makan malam, menegaskan kembali bahwa Rusia tidak dapat diizinkan untuk memenangkan perang dan Paris seperti Berlin, akan terus memberikan dukungan militer selama diperlukan Ukraina, untuk mengamankan masa depannya.

Sebelumnya, Presiden Zelensky mendapat komitmen Inggris untuk melatih pilot Ukraina menerbangkan pesawat tempur standar NATO. London mengatakan belum memutuskan apakah akan memasok pesawat seperti itu, tetapi Perdana Menteri Rishi Sunak mengatakan "tidak ada yang salah".