Pemimpin Eropa Kunjungi Presiden Zelensky, Ukraina Bakal Jadi Anggota UE?
(kiri-kanan) Presiden Rumania Klaus Iohannis, PM Italia Mario Draghi, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz. (Sumber: President.gov.ua)

Bagikan:

JAKARTA - Sempat dikritik lantaran 'terlalu berhati-hati' terkait invasi Rusia, para pemimpin Jerman, Prancis dan Italia mengunjungi Kyiv, menyampaikan pesan solidaritas kepada Presiden Volodymyr Zelensky, Kamis.

Sirene serangan udara meraung di Kyiv saat kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Olaf Scholz dari Jerman dan PM Mario Draghi dari Italia serta Presiden Rumania Klaus Iohannis dimulai, dengan para pemimpin tur ke kota terdekat yang hancur di awal perang, Irpin.

Setelah mengadakan pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, para pemimpin mengisyaratkan Ukraina harus diberikan status kandidat Uni Eropa, sebuah isyarat simbolis yang akan menarik Kyiv lebih dekat ke blok ekonomi.

Kanselir Scholz mengatakan Jerman telah menerima 800.000 pengungsi Ukraina yang melarikan diri dari konflik, dan akan terus mendukung Ukraina selama dibutuhkan.

"Ukraina milik keluarga Eropa," katanya, melansir Reuters 17 Juni.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Macron mengatakan Prancis akan meningkatkan pengiriman senjata ke Kyiv, sementara pertemuan para menteri pertahanan NATO di Brussels menjanjikan lebih banyak senjata untuk Ukraina sambil membuat rencana untuk meningkatkan sayap timur aliansi militer pimpinan AS.

"Ini akan berarti lebih banyak formasi tempur yang dikerahkan ke depan NATO. Lebih banyak pertahanan udara, laut dan dunia maya, serta peralatan dan persediaan senjata yang telah ditempatkan sebelumnya," ujar Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam sebuah pernyataan.

Di medan perang, para pejabat Ukraina mengatakan pasukan mereka masih bertahan melawan pemboman besar-besaran Rusia di kota timur Sievierodonetsk, dan menggambarkan kemajuan baru dalam serangan balasan di selatan.

Tetapi mereka mengatakan pertempuran di kedua front utama bergantung pada penerimaan lebih banyak bantuan dari Barat, terutama artileri untuk melawan keuntungan besar Rusia dalam hal persenjataan.

"Kami menghargai dukungan yang telah diberikan oleh mitra, kami mengharapkan pengiriman baru, terutama senjata berat, artileri roket modern, sistem pertahanan anti-rudal," ucap Presiden Zelensky setelah pembicaraan dengan rekan-rekannya di Eropa.

"Ada korelasi langsung: semakin kuat senjata yang kita dapatkan, semakin cepat kita bisa membebaskan rakyat kita, tanah kita," tandasnya.