Kasus Pencucian Uang Hasil Peredaran Narkoba Rp 9,3 Miliar Diungkap Polda Sulteng dari Lapas Palu
Sulteng pengungkapan jaringan tindak pidana pencucian uang (TPPU) dari kejahatan narkotika di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Palu di Mapolda Sulteng, Senin (30/1/2023). (ANTARA)

Bagikan:

PALU - Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah (Polda Sulteng) berhasil mengungkap jaringan tindak pidana pencucian uang (TPPU) dari peredaran narkotika jenis sabu di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Palu dan menyita aset dari tersangka senilai Rp9,3 miliar.

"Ada tiga tersangka yang diamankan karena terlibat dalam kasus ini dari peredaran narkoba, dan ketiga tersangka itu adalah IL, SK dan KAS yang masih memiliki hubungan keluarga dekat," kata Kabid Humas Polda Sulteng Kombes Didik Supranoto dikuti ANTARA, Senin, 30 Januari

Ia mengemukakan, dari kasus tersebut polisi berhasil menyita barang bukti berupa dua unit rumah, tiga bidang tanah, satu rumah toko (ruko), enam unit kendaraan roda empat dan 24 kendaraan roda dua dengan total aset senilai Rp9,3 miliar.

Dipaparkannya, ketiganya memiliki peran masing-masing yang mana tersangka IL bertugas mengendalikan narkoba dari Lapas, sedangkan SK bertugas membuat rekening atas nama orang lain lalu digunakan untuk menampung uang dari hasil jual beli narkoba.

"KAS berperan menyembunyikan harta tidak bergerak yang merupakan hasil jual beli narkoba," jelasnya.

Direktur Reserse Narkoba Polda Sulteng Kombes Adi Purboyo menambahkan, jaringan TPPU dan peredaran narkotika tersebut mulai diketahui sejak tahun 2017 dan dilakukan penyelidikan oleh pihak kepolisian, sehingga terungkap pada pertengahan tahun 2022.

"Dideteksi awal penyidikan kurang lebih Rp42 miliar dan uang itu keluar masuk digunakan oleh tersangka dan yang berhasil diamankan adalah Rp9,3 miliar," sebutnya.

Dari tindak kejahatan itu, tersangka dijerat Pasal 3 dan 4 Undang-Undang 8 Tahun 2010 tentang TPPU dengan ancaman penjara maksimal 20 tahun dan denda sebesar Rp10 miliar.

"Kasus itu sudah P21, tinggal menyerahkan tersangka dan barang bukti. Penyidikan ini sudah dianggap lengkap oleh jaksa dan tidak ada kesalahan," demikian Adi.