Peringatkan Uni Eropa Tidak Memasukkan Pengawal Revolusi ke Daftar Teroris, Iran: Tembak Kaki Sendiri
Ilustrasi konvoi pasukan IRGC. (Wikimedia Commons/Mohammad Sadegh Heydari)

Bagikan:

JAKARTA - Iran memperingatkan Uni Eropa (UE) akan menembak kakinya sendiri, jika memasukkan Korps Pengawal Revolusi (IRGC) ke dalam daftar teroris, sehari setelah Parlemen Eropa meminta Uni Eropa dan negara-negara anggotanya untuk melakukan hal tersebut.

"Kami telah berulang kali mengatakan, Pengawal Revolusi adalah organisasi formal dan berdaulat yang perannya sangat penting untuk menjamin keamanan Iran," kata Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian selama panggilan telepon dengan Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri, Josep Borrell, melansir Reuters 19 Januari.

"Langkah-langkah yang diambil oleh Parlemen Eropa untuk mendaftarkan organisasi tersebut sebagai teroris merupakan tembakan di kaki Eropa sendiri," tegasnya.

Pada Hari Rabu, Parlemen Eropa meminta Uni Eropa untuk memasukkan Pengawal Revolusi sebagai organisasi teroris, menyalahkannya atas penindasan pengunjuk rasa di dalam negara dan pasokan drone ke militer Rusia untuk digunakan di Ukraina.

"Penting untuk menghormati keamanan bersama di dunia diplomasi dan meningkatkan rasa saling percaya, alih-alih mengikuti bahasa ancaman dan tindakan tidak bersahabat. Dalam kasus daftar teroris apa pun, Iran akan mengambil tindakan timbal balik," sebut Amirabdollahian.

Sementara itu, Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran, yang mengoordinasikan kegiatan antara tentara konvensional Iran dan Pengawal Revolusi, juga memperingatkan Uni Eropa pada Hari Kamis untuk tidak memasukkan IRGC sebagai organisasi teroris, kata kantor berita resmi Iran IRNA.

"Tindakan Parlemen Eropa baru-baru ini, selain tidak memiliki preseden dalam peraturan dan regulasi internasional, akan mempengaruhi keamanan dan perdamaian global serta regional, Parlemen Eropa harus menyadari konsekuensi tersebut," sebut pernyataan Staf Umum Angkatan Bersenjata.

Pernyataan itu juga menuduh kekuatan Barat berada di balik kerusuhan di Iran.

Diketahui, demonstrasi anti-pemerintah yang meluas meletus di Iran pada bulan September setelah kematian wanita Kurdi Iran Mahsa Amini dalam tahanan polisi moralitas, yang menegakkan aturan berpakaian wajib Republik Islam untuk wanita.

Parlemen Eropa mengutuk tindakan keras terhadap pengunjuk rasa oleh pasukan keamanan Iran, termasuk Korps Pengawal Revolusi yang kuat, sebagai "brutal".