Iran Siapkan Sanksi Balasan Terhadap Uni Eropa dan Inggris, Targetkan Pelanggar HAM
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani. (Twitter/Iran Foreign Ministry)

Bagikan:

JAKARTA - Iran mengumumkan pada hari Selasa akan menanggapi sanksi Uni Eropa dan Inggris, bersumpah untuk menargetkan individu dan entitas di Barat yang "melanggar hak asasi manusia".

Teheran mengatakan "mengutuk keras" sanksi baru yang diberlakukan oleh Brussels dan London, sebagai tanggapan atas tindakan kekerasan rezim terhadap pengunjuk rasa. Iran memperingatkan tindakan pembalasan akan segera menyusul.

"Republik Islam akan segera mengumumkan daftar sanksi baru terhadap pelanggar HAM Uni Eropa dan Inggris," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani dalam sebuah pernyataan, melansir Euronews 24 Januari.

"Tindakan Uni Eropa dan rezim Inggris adalah tanda ketidakmampuan mental mereka untuk benar-benar memahami realitas Iran," sebut Kanaani seperti dikutip kantor berita Iran IMNA.

"Mereka menentang otoritas Republik Islam," tambahnya.

Diberitakan sebelumnya, Uni Eropa sepakat menjatuhkan sanksi terhadap lebih dari 35 pejabat dan organisasi Iran dalam pertemuan di Brussels, Belgia Hari Senin, menyalahkan mereka atas tindakan "brutal" terhadap kerusuhan dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya.

Daftar itu termasuk empat komandan dan 12 unit Pengawal Revolusi (IRGC) yang berpengaruh, yang menurut banyak pengamat memegang kekuasaan sebenarnya di dalam Iran.

Brussels juga menyoroti pasokan drone buatan Iran ke Rusia, yang telah digunakan Moskow untuk melumpuhkan infrastruktur energi Ukraina.

Menariknya, Uni Eropa belum 'mengabulkan' keinginan Parlemen Eropa untuk memasukan IRGC ke daftar teroris.

pengawal revolusi iran
Ilustrasi konvoi pasukan IRGC. (Wikimedia Commons/Mohammad Sadegh Heydari)

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan, keputusan pengadilan dengan kecaman hukum yang konkret harus terlebih dahulu dijatuhkan di negara anggota, sebelum Uni Eropa sendiri dapat menerapkan penetapan semacam itu.

"Itu adalah sesuatu yang tidak dapat diputuskan tanpa pengadilan... keputusan terlebih dahulu. Anda tidak dapat mengatakan, saya menganggap Anda seorang teroris karena saya tidak menyukai Anda," jelas Borrell kepada wartawan di sela-sela pembicaraan Brussels, seperti mengutip Reuters.

IRGC didirikan tak lama setelah Revolusi Islam 1979 untuk melindungi sistem pemerintahan ulama Syiah. Ia memiliki sekitar 125.000 militer yang kuat dengan unit angkatan darat, laut dan udara dan memimpin milisi agama Basij yang sering digunakan dalam tindakan keras.

Terpisah, AS dan Inggris juga mengeluarkan sanksi baru terhadap Iran, yang mencerminkan memburuknya hubungan Barat yang sudah buruk dengan Teheran.

Sanksi-sanksi tersebut merupakan tanggapan terbaru terhadap tindakan mematikan Iran terhadap kerusuhan, yang dipicu oleh kematian wanita muda Kurdi Iran Mahsa Amini dalam tahanan polisi moral pada Bulan September tahun lalu.

Empat bulan setelah dimulainya kerusuhan anti-pemerintah, Kantor Berita Aktivis Hak Asasi Manusia yang berbasis di AS, mengatakan 516 pengunjuk rasa telah tewas, termasuk 70 anak-anak. Angka terbaru dari kelompok tersebut menyebutkan jumlah orang yang ditangkap lebih dari 19.200, di antaranya 687 pelajar.

Uni Eropa telah memberlakukan pembekuan aset, larangan visa dan larangan menerima dana UE pada lebih dari 60 pejabat dan entitas Iran karena penindasan terhadap pengunjuk rasa sejak 16 September.

Pada 12 Desember, Iran memberikan sanksi kepada dinas intelijen Inggris MI5, pejabat militer Inggris serta tokoh politik Jerman sebagai pembalasan atas sanksi sebelumnya.