KABUPATEN BEKASI - Sebanyak 305 warga di Desa Bojongsari, Kecamatan Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat terdampak banjir luapan Sungai Cibeet yang merendam permukiman sejak beberapa hari lalu.
Penjabat Bupati Bekasi Dani Ramdan mengaku solusi penanganan banjir yang telah menjadi langganan Kecamatan Kedungwaringin dengan membangun bendungan bagian hulu seperti di wilayah Kabupaten Bogor.
"Dengan adanya bendungan, ketika ada air besar bisa dibendung dan saat surut dirilis sedikit-sedikit. Pemerintah sudah merencanakan pembuatan bendungan Sungai Cibeet di Kabupaten Bogor tetapi tertunda di tahun kemarin," ujarnya di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Selasa 6 Desember.
Dani menyampaikan rencana proyek pembangunan bendungan untuk mengantisipasi banjir di Kabupaten Bekasi ini baru akan diajukan kembali ke dewan pada pembahasan APBD 2024.
"Insya Allah tahun ini akan diajukan lagi, serta 2024 akan direalisasikan," tuturnya disitat Antara.
Dani menambahkan, berdasarkan hasil peninjauan lokasi, beberapa titik banjir per hari Senin 6 Desember kemarin, sudah terpantau surut. Pemerintah daerah telah menyiapkan fasilitas umum bagi warga yang tempat tinggalnya masih terendam banjir.
"Masyarakat sebagian mengungsi dan juga sudah mendirikan tenda-tenda serta sudah dibentuk pos pelayanan kesehatan, jadi yang sakit nanti langsung bisa berobat secara gratis," tuturnya.
BACA JUGA:
Pemerintah Kabupaten Bekasi melalui Dinas Sosial dan BPBD sudah memberikan bantuan berupa obat-obatan serta makanan dan minuman kepada warga terdampak banjir.
Pemerintah daerah juga sudah menyiapkan tempat pengungsian di lokasi yang lebih tinggi. Termasuk menyiapkan kegiatan belajar dan mengajar agar tetap berjalan walau di halaman rumah.
"Sudah kita lihat bersama-sama, sudah ada yang berdiri tempat pengungsian serta sekolah pun tetap berjalan, karena sedang melaksanakan ujian juga," katanya.
Ia mengatakan telah menginstruksikan camat, kepala desa, serta lurah untuk memimpin siap siaga di daerah rawan banjir ini dengan melakukan pemantauan tinggi air secara intensif, termasuk tidak tidur terlalu lelap saat hujan berlangsung lebih dari satu jam.
"Jadi mereka sudah mengetahui jalur evakuasi dan mencari lokasi yang aman. Tidak menunggu air datang. Terutama untuk kelompok usia rentan, anak-anak, serta difabel, itu harus didahulukan untuk evakuasi," tandasnya.