Bagikan:

JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Hari Senin meminta Israel untuk bergabung dalam perang melawan Rusia, mengulangi permintaan untuk sistem pertahanan udara Israel.

"Bukankah sudah waktunya bagi negaramu untuk memilih dengan siapa kamu berpihak?" kata Presiden Zelensky dalam pidato secara daring untuk surat kabar Israel Haaretz, mengutip Reuters 25 Oktober.

"Apakah dengan dunia demokrasi, yang berjuang berdampingan melawan ancaman eksistensial terhadap keberadaannya? Atau dengan mereka yang menutup mata terhadap teror Rusia, bahkan ketika biaya teror yang berkelanjutan adalah penghancuran total keamanan global," dia berkata.

Israel mengutuk invasi Rusia, tetapi waspada terhadap ketegangan hubungan dengan Moskow, 'perantara kekuasaan' di negara tetangga Suriah di mana pasukan Israel sering menyerang milisi pro-Iran, dan ingin memastikan kesejahteraan orang-orang Yahudi Rusia.

Negara itu menghadapi beberapa kritik atas sikapnya di Washington pada Hari Senin. Perwakilan Republik AS Mike Turner mengatakan kepada wartawan pada panggilan konferensi setelah dia melakukan perjalanan ke Ukraina, bahwa dia "secara pribadi kecewa" dengan Israel.

"Kami belum pernah melihat, sejak Bosnia, tingkat pembunuhan premanisme mutlak terhadap warga sipil tak berdosa sejak Perang Dunia Kedua dan ini adalah waktu bagi semua negara demokrasi dan semua negara yang memiliki kompas moral untuk berdiri bersama melawan jenis kebrutalan ini," jelas Turner yang memegang posisi senior di komite intelijen dan Angkatan Bersenjata DPR AS.

Israel, yang akan memilih pemerintahan baru dalam pemilihan pada 1 November, telah membatasi bantuannya pada pengiriman bantuan kemanusiaan dan peralatan pertahanan. Baru-baru ini, Israel menawarkan bantuan pengembangan peringatan serangan udara untuk warga sipil Ukraina.

Namun, Presiden Zelensky mengatakan itu tidak cukup dan meminta para pemimpin Israel mempertimbangkan kembali pengiriman pertahanan udara. Sebelumnya, dia telah mengajukan permohonan yang sama beberapa kali sejak perang dimulai pada bulan Februari.