JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy melanjutkan seruannya kepada para pemimpin negara-negara Kelompok Tujuh pada Hari Selasa, untuk memberikan tambahan bantuan pertahanan keamanan udara untuk Kyiv.
Berbicara secara virtual di hadapan para pemimpin G7, Presiden Zelensky kembali mengingatkan ancaman yang ditimbulkan oleh Rusia, sehingga penting bagi Ukraina memperkuat pertahanannya.
"Poin pertama adalah dukungan pertahanan. Perisai udara untuk Ukraina. Ini adalah bagian dari jaminan keamanan yang menjadi elemen formula perdamaian kita," ujar Presiden Zelensky di situs resmi kepresidenan seperti dikutip 12 Oktober.
"Ketika Ukraina menerima sistem pertahanan udara modern dan efektif dalam jumlah yang cukup, elemen kunci teror Rusia, serangan roket akan berhenti bekerja," sambung Presiden Zelensky.
Ukraina pada Hari Selasa menerima satu unit sistem pertahanan udara IRIS-T yang dijanjikan Jerman untuk dipasok, kata sumber kementerian pertahanan Jerman, melansir Reuters 12 Oktober.
Sementara, Gedung Putih mengatakan Amerika Serikat mempercepat pengiriman pertahanan udara NASAMS yang canggih ke Ukraina, seperti yang dijanjikan sebelumnya.
Adapun G7 yang terdiri dari Amerikas Serikat, Jerman, Prancis, Jepang, Inggris, Italia dan Kanada ditambah dengan Uni Eropa, berjanji melanjutkan "dukungan finansial, kemanusiaan, militer, diplomatik dan hukum selama yang diperlukan ke Ukraina," katanya dalam sebuah pernyataan.
G7 juga mengutuk "serangan membabi buta terhadap penduduk sipil yang tidak bersalah" sebagai kejahatan perang, mengatakan Presiden Putin akan dimintai pertanggungjawaban atas peristiwa itu.
Putin adalah "aktor rasional yang salah perhitungan secara signifikan," ujar Presiden AS Joe Biden dalam sebuah wawancara CNN.
BACA JUGA:
Diketahui, Rudal Rusia kembali menghantam kota-kota Ukraina Hari Selasa, tetapi dengan intensitas yang lebih rendah daripada pada Hari Senin, ketika puluhan serangan menewaskan 19 orang, melukai lebih dari 100 dan melumpuhkan listrik di seluruh negeri dalam serangan udara terbesar Moskow sejak dimulainya invasi pada 24 Februari.