Banjir dan Macet Kepung Jakarta Semalam, PDIP Tak Mau Lagi Berharap Solusi ke Anies
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat mendatangi warga terdampak banjir di Jalan Rusun Pesakih Cengkareng, Jakarta Barat, 2 Januari 2020. (Antara-Devi Nindy)

Bagikan:

JAKARTA - Hujan deras mengguyur sebagian besar wilayah Jakarta pada Selasa 4 Oktober sore hingga malam hari. Dampaknya, tujuh ruas jalan dan 16 RT di Jakarta terendam banjir.

Tinggi banjir yang merendam ruas jalan di Jakarta mencapai 45 sentimeter. Kondisi diperparah dengan lalu lintas yang semakin padat saat sore hingga malam hari. Kemacetan panjang tak terhindarkan.

Kendaraan yang melintas saat jam sibuk menjadi menumpuk, diperparah banjir merendam ruas jalan. Para pengendara pun terpaksa mencari jalan lain untuk menghindari genangan.

Melihat kondisi itu, anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak mengaku tidak mau lagi meminta Gubernur DKI Anies Baswedan untuk menanggulangi masalah macet dan banjir di Jakarta.

Gilbert lebih memilih untuk berharap kepada Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta pengganti Anies untuk mengentaskan dua masalah klasik di Jakarta tersebut.

"Kita hanya bisa berharap ke Pj Gubernur yang akan datang untuk menyampaikan permasalahan Jakarta," kata Gilbert dalam pesan singkat, Rabu, 5 Oktober.

Menurut Gilbert, Anies terlihat tidak serius dalam melakukan upaya pengendalian banjir dan kemacetan selama lima tahun memimpin Jakarta.

Terlebih, jelang masa jabatannya berakhir dalam beberapa hari ke depan, Gilbert memandang Anies mulai tidak fokus bekerja lantaran telah diusung Partai NasDem sebagai calon presiden (capres) Pemilu 2024.

"Saya kira Gubernur sudah fokus ke capres, sedang euforia mendapat dukungan partai untuk bakal capres. Selama 5 tahun juga dia tidak mampu. Apalagi dalam seminggu lebih (sisa masa jabatan)," ujar Gilbert.

Maka dari itu, masalah yang masih terjadi di Jakarta, disebut Gilbert, akan menjadi catatan dalam rekam jejak Anies untuk dinilai masyarakat, saat dirinya resmi mencalonkan diri dalam Pilpres 2024.

"Biarkan masyarakat menilai sendiri, apa dampak pilihan Gubernur bila tidak mampu mengatasi persoalan. Sekarang malah diajukan sebagai bakal capres dari partai tertentu, buah dari pilihan di dalam bilik suara akan dirasakan 5 tahun," tandasnya.