JAKARTA - Sekretaris Daerah DKI Marullah Matali menilai sumur resapan yang selama ini menjadi andalan Gubernur Anies Baswedan tak signifikan dalam mengurangi dampak banjir Jakarta.
Namun pembangunan drainase vertikal itu masih bisa membantu mengurangi dampak banjir jika jumlahnya terus ditambah.
"Sumur resapan dulu awalnya biopori, kemudian vertikal drainase. Kita paham bahwa ini tidak secara signifikan sekali. Tapi, itu paling tidak punya pengaruh," tutur Marullah kepada wartawan, Rabu, 28 September.
Marullah juga mengatakan sumur resapan akan berfungsi secara optimal jika dibarengi dengan jalannya program-program pengendali banjir lainnya. Salah satunya pengerukan waduk-waduk yang ada di Jakarta.
"Misalnya bikin sumur resapan dan beberapa kebijakan pembangunan pengendalian ini saya kira akan sangat penting. Memang secara komprehensif, beberapa yang kita lakukan tidak secara langsung mengurangi banjir. Tapi memang dia perlu untuk kita lakukan terus menerus," urai Marullah.
Lebih lanjut, Marullah mengungkapkan sejauh ini Pemprov DKI melakukan berbagai upaya pengendalian banjir. Hal ini disertai dengan diskusi dan meminta pertimbangan dari para ahli.
"Ini kita sekarang diskusi dengan berbagai pihak itu kan masukannya banyak sekali. Ada yang bilang ini, nanti kajiannya ternyata efektif. Rasanya bagi Pemprov tidak ada cara lain, kecuali ikuti apa yang menjadi rekomendasi dari para ahli," urainya.
Sebagai informasi, Pemprov DKI berencana untuk melanjutkan pembangunan sumur resapan setelah masa jabatan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berakhir.
Hal ini tercantum dalam Peraturan Gubernur Nomor 25 Tahun 2022 tentang Rencana Pembangunan Daerah (RPD) DKI Jakarta tahun 2023-2026.
Dalam RPD yang disusun Anies beserta jajarannya, disebutkan bahwa penanganan banjir Jakarta tidak lagi hanya membuat atau meluruskan aliran sungai-sungai dengan konstruksi beton atau sheetpile.
"Air yang mengalir dari selatan Jakarta ke muara utara Jakarta dapat ditahan lebih lama, melalui pembangunan waduk-waduk dan memperbanyak sumur resapan di daerah selatan Jakarta," tulis Anies.
BACA JUGA:
Anies menguraikan, sebaran kinerja sangat rendah di DKI Jakarta menghampar di tengah dan sepanjang aliran sungai. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan tipologi bentang alam berupa dataran fluvial landai, dataran fluvial sangat landai, dan dataran banjir yang merupakan dataran yang riskan terhadap luapan air sungai.
Sementara pada wilayah selatan Jakarta, dataran fluviovulkanik menghampar di bagian selatan yang secara alami memiliki potensi resapan yang lebih baik dibandingkan tipologi dataran lain. Sehingga, pembangunan sumur resapan bisa digencarkan di wilayah ini.
"Dataran fluviovulkanik dapat dioptimalkan pemanfaatannya sebagai peresapan untuk mengurangi laju aliran air dari hulu ke hilir," jelas Anies.