Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD meminta semua pihak, tanpa terkecuali seharusnya kooperatif menjalankan tindak pelacakan ini guna mencegah penularan COVID-19 di tengah masyarakat.

Ini untuk menanggapi sikap Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) yang tak kooperatif dengan menolak uji usap atau swab test.

"Kami sangat menyesalkan sikap saudara Rizieq Shihab yang menolak untuk dilakukan penelusuran kontak mengingat pernah melakukan kontak erat dengan pasien COVID-19," kata Mahfud dalam konferensi pers secara daring yang ditayangkan di akun YouTube BNPB, Minggu, 29 November.

"Kami minta sekali lagi kepada masyarakat luas, siapapun itu, untuk kooperatif sehingga penanganan COVID-19 berhasil," imbuhnya.

Dia mengatakan, pemerintah akan mengambil langkah tegas terhadap siapapun yang melanggar ketentuan yang membahayakan keselamatan dam kesehatan masyarakat.

Eks Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini juga mengatakan, di tengah pandemi COVID-19, setiap masyarakat harus menjalankan protokol kesehatan.

"Termasuk secara sukarela untuk dites, ditelusuri kontak eratnya serta bersedia menjalankan perawatan atau karantina jika positif tertular virus," tegasnya.

Tindakan 3T atau testing, tracing, dan treatment juga harus dilakukan oleh petugas kesehatan yang dapat mengakses informasi data pasien maupun kontak erat. Sebab, hal ini berguna untuk penanganan kasus COVID-19 di Indonesia.

Sebelumnya, pernyataan serupa juga disampaikan oleh Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo. Menurutnya, Rizieq sebagai tokoh seharusnya bisa memberikan teladan dengan kooperatif terhadap upaya mencegah terjadinya penularan virus ini di tengah masyarakat.

"Satgas Penanganan COVID-19 sangat menyesalkan sikap saudara Rizieq Shihab yang menolak untuk dilakukan penelusuran kontak mengingat pernah melakukan kontak erat dengan pasien COVID-19. Kami meminta saudara Rizieq sebagai tokoh masyarakat untuk kooperatif dan memberikan teladan dalam upaya penanggulangan pandemi COVID-19," kata Doni dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Minggu, 29 November.

Diketahui, informasi Rizieq Shihab  sakit dan dirawat di RS UMMI, Bogor, Jawa Barat disampaikan oleh Wali Kota Bogor Bima Arya, yang telah menghubungi pihak rumah sakit. Menurut penuturan pihak manajemen RS UMMI, Bogor, Rizieq dirawat sejak Rabu, 25 November dan dirawat karena kelelahan. Namun, secara keseluruhan kondisi pentolan FPI ini dalam keadaan baik dan akan terus dilakukan pemeriksaan lanjutan oleh dokter. 

Bima mengatakan, Rizieq belum melakukan uji usap atau swab test guna mendeteksi COVID-19 di dalam tubuhnya karena merasa tidak bergejala meskipun dia juga meminta untuk tidak dijenguk karena ingin beristirahat dengan maksimal.

Belakangan, Arya membeberkan Rizieq ogah menjalani uji usap guna mendeteksi apakah dirinya terpapar COVID-19 atau tidak.

"Saya mendapat laporan dari Tim Dinas Kesehatan yang tadi sore datang ke RS UMMI, untuk membicarakan soal tes swab kepada Habib Rizieq," katanya dikutip Antara, Jumat, 27 November.

Selanjutnya, beredar kabar Rizieq kabur dari RS UMMI Bogor pada Sabtu, 28 November malam. Dilansir dari Antara, Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat Komisaris Besar Polisi Erdi A Chaniago membenarkan jika Rizieq memang keluar dari rumah keluar dari RS UMMI sekitar pukul 21.00 WIB pada Sabtu, 28 November.

"Ini sedang didalami oleh Polresta Bogor, memang infonya seperti itu, bahwa pasien di RS Ummi itu (Rizieq Shihab, red) jam 21.00 WIB, Sabtu malam, 28 November, keluar," kata Chaniago kepada wartawan, Minggu, 29 November.

Kata dia, Rizieq diduga keluar dari pintu belakang rumah sakit tersebut. Kepergian Rizieq yang diduga dilakukan secara sembunyi-sembunyi ini juga tidak diketahui oleh Satgas Penanganan COVID-19.

Sejumlah informasi yang dihimpun juga menyatakan hal yang sama. Berdasarkan pengakuan seorang petugas keamanan rumah sakit tersebut, Rizieq keluar lewat pintu belakang rumah sakit yang menjadi gudang obat. Hanya saja, tak diketahui pasti kendaraan yang mengangkut pentolan FPI tersebut.