JAKARTA - Pewaris takhta Kerajaan Belanda Putri Catharina-Amalia ditempatkan di bawah pengamanan ketat, setelah pejabat mendapat informasi kemungkinan dia menjadi sasaran penculikan.
Semula, Putri berusia 18 tahun itu akan pindah ke akomodasi mahasiswa bersama di Universitas Amsterdam, di mana dia mulai belajar politik, psikologi, hukum dan ekonomi awal bulan ini.
Namun, para pejabat telah mencegat peringatan keamanan yang menimbulkan kekhawatiran, sang putri mungkin berada di pusat 'serangan' atau 'upaya penculikan'.
Tahun lalu, keamanan ditingkatkan di sekitar Perdana Menteri Mark Rutte, karena khawatir dia juga menjadi sasaran.
Gembong terkenal Belanda Ridouan Taghi disebut berada di balik dugaan rencana penculilkan. Namun, ini langsung dibantah Taghi pada Hari Rabu, menyebutnya tuduhan palsu dan tidak berdasar.
Pengacaranya, Inez Weski, menyatakan Taghi "dengan tegas" membantah klaim tersebut, dengan mengatakan dia telah menjelaskan, dia "tidak ingin menyakiti Putri Amalia" dan dia "tidak akan pernah membahayakan seorang anak," melansir The National News 22 September.
Taghi ditangkap di Dubai pada 2019, menghadapi persidangan atas sejumlah pembunuhan di Belanda dan.
Ia dituduh oleh jaksa merencanakan pembobolan penjara dengan kekerasan, serta memerintahkan pembunuhan dan tindak pidana lainnya dari selnya.
Taghi, bersama dengan 16 orang lainnya, diduga menjadi bagian dari kelompok kejahatan yang dikenal sebagai 'Mafia Mocro', dituduh melakukan pembunuhan dan percobaan pembunuhan.
BACA JUGA:
Saat ini, dia ditahan di instansi keamanan ketat di Vught, di mana personel militer telah direkrut untuk membantu menjaganya.
Diketahui, Putri Amalia menemani orang tuanya Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima ke pembukaan resmi parlemen pada Hari Selasa.