JAKARTA - 6 September hari ini, Kekaisaran Jepang memperingati ulang tahun pewaris takhta, Pangeran Hisahito. Pria yang kini berusia 15 tahun menjadi asa bagi Kekaisaran Jepang yang hampir separuh abad menantikan keturunan laki-laki.
Pangeran Hisahito menjadi pewaris takhta kedua ketika Kaisar Naruhito naik takhta pada Mei 2019. Kaisar Naruhito menggantikan sang ayah yaitu Kaisar Akihito yang mengundurkan diri setelah memimpin selama 30 tahun. Seharusnya, Naruhito nantinya menurunkan takhta kaisar kepada anaknya. Namun Naruhito hanya memiliki seorang anak perempuan yaitu Putri Aiko, sedangkan aturan kekaisaran Jepang menyatakan takhta tersebut tidak bisa diberikan kepada seorang perempuan. Hisahito sendiri adalah keponakan dari Naruhito.
Mengutip The Japan Times, sebelum Hisahito lahir, banyak pihak yang menyatakan masa depan monarki sangat memprihatinkan. Istri dari Naruhito, Putri Masako, juga mendapat tekanan besar dari publik karena tidak kunjung hamil lagi dan tidak melahirkan anak laki-laki.
Selain itu, terdapat seruan untuk merevisi undang-undang suksesi untuk memungkinkan perempuan mewarisi takhta. Banyak orang Jepang mamiliki gagasan baik tentang penguasa wanita, mengambil Ratu Elizabeth II dari Inggris sebagai contoh.
Ketika Hisahito lahir, bukan berarti permasalahan selesai begitu saja. Beban kini berpindah kepada Hisahito yang terbilang masih remaja. Ia terus menjadi sorotan dan diperkirakan akan menghadapi berbagai drama kerajaan, termasuk pembangkangan dari keluarga kekaisaran. Seluruh negeri juga sempat terkejut ketika seorang pria mengaku membuat rencana untuk membunuh remaja itu.
Pisau ditemukan di meja sekolah Hisahito dan pria yang meninggalkan pisau tersebut segera ditangkap oleh polisi. Ia mengaku telah merencanakan untuk membunuh sang pangeran, tetapi malah meninggalkan pisau di mejanya sebagai peringatan. Selain itu, ada banyak tekanan terutama dari kaum konservatif yang selalu mengawasi apakah dia dipersiapkan dengan baik untuk menduduki posisi kaisar.
Sementara itu, sejumlah anggota perempuan keluarga kekaisaran telah meninggalkan monarki dengan menikahi rakyat biasa. Pada 2018, Kekaisaran Jepang menjadi sorotan dunia karena salah satu putri kerajaan yaitu Putri Ayako menikah dengan warga biasa dan melepas gelar bangsawannya. Meski demikian, Putri Ayako masih mengikuti kegiatan kekaisaran dikarenakan jumlah anggota keluarga kerajaan yang semakin sedikit.
Simbol negara
Mengutip Motto Japan Media, pada 1947 Jepang telah menjadi monarki konstitusional. Kedaulatan terletak pada rakyat, bukan kaisar. Seperti yang dinyatakan dalam Konstitusi Jepang, "Kaisar akan menjadi simbol Negara dan persatuan Rakyat."
Hirohito kemudian mengizinkan publikasi kehidupan pribadinya dalam upaya untuk membawa Keluarga Kekaisaran lebih dekat ke publik. Popularitasnya membuat sistem kekaisaran tetap hidup.
Jepang saat ini berada di era Reiwa, di bawah pemerintahan Kaisar Naruhito. Ia menggantikan ayahnya, Kaisar Akihito, setelah turun tahta setelah 30 tahun memerintah. Akihito adalah Kaisar Jepang pertama dalam lebih dari 200 tahun yang menyerahkan tugas kerajaannya kepada penggantinya sebelum kematiannya.
Kaisar di Jepang menjadi sosok yang mengumumkan atau memberlakukan undang-undang yang telah disetujui oleh Diet atau Parlemen Jepang. Kaisar juga menjadi sosok yang dipertemukan dengan duta besar asing sebagai perwakilan negaranya. Meski demikian keluarga Kekaisaran tidak dapat mengambil tugas empiris. Sebaliknya, mereka dapat mengambil pekerjaan di organisasi nirlaba untuk kebaikan publik, dengan izin dari kaisar.
*Baca Informasi lain soal SEJARAH HARI INI atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.
SEJARAH HARI INI Lainnya
BACA JUGA: