Bagikan:

JAKARTA - Pada 30 Agustus 1999, Timor Timur atau yang sekarang kita kenal Timor Leste, mengadakan jajak pendapat atau referendum. Referendum dilakukan untuk menentukan masa depan Timor Timur, yang mana akhir keputusannya adalah lepas sepenuhnya dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebanyak 78,5 persen masyarakat Timor Timur memilih kemerdekaan dari Indonesia. 

Saat itu pemungutan suara dilakukan bagi warga Timor Timur untuk memilih apakah akan tetap bersama Indonesia atau menjadi negara yang merdeka. Referendum tersebut didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Referendum tersebut juga disebut untuk mengakhiri konflik yang terjadi di Timor Timur. 

Timor Timur adalah negara kepulauan di bagian timur Kepulauan Sunda Kecil, di ujung selatan Kepulauan Melayu. Timor Timur berada di bagian timur pulau Timor, pulau-pulau kecil terdekat Atauro dan Jaco. Timor Timur juga dekat kantong Ambeno, termasuk kota Pante Makasar, di pantai barat laut Timor. Dili adalah ibu kota Timor Timur dan kota terbesar.

Sejarah Timor Leste

Portugis pertama kali menetap di Timor Timur pada 1520 dan disusul Spanyol pada 1522. Belanda lalu menguasai bagian barat Timor Timur pada 1613 dan Inggris memerintah pulau itu pada 1812–1815. Belanda terus berusaha menguasai Timor Timur dan Portugis terus berusaha mempertahankan kedaulatannya atas bagian timur Timor Leste. Pasukan Jepang lalu menduduki Timor Leste selama Perang Dunia II.

Pada April 1974 terdapat kudeta sayap kiri di Lisbon yang menyebabkan pos-pos kolonial terkatung-katung nasibnya. Portugal lalu menarik personel administrasi dan militernya yang berada di negara kolonialnya termasuk yang ada di Mozambik, Angola dan Timor Leste. 

Warga Australia yang demo menuntut lepasnya Timor Timur dari Indonesia (Sumber: Wikimedia Commons)

Setelah Portugis meninggalkan Timor Leste, pemilihan lokal pun diadakan. Dua partai terbesar – Front Revolusioner untuk Timor Timur Merdeka (Fretilin) dan Uni Demokratik Timor (UDT) – membentuk koalisi, tetapi tidak bertahan lama. Pertempuran pun pecah dan ada upaya kudeta oleh UDT. Kemudian Fretilin secara sepihak mendeklarasikan kemerdekaan Timor Timur pada 28 November 1975.

Mengutip The Guardian, pasukan Indonesia lalu secara diam-diam memulai serangan melintasi perbatasan dari Timor Barat Indonesia pada Oktober 1975. Akibat peristiwa tersebut, lima wartawan Australia tewas di kota Balibo. Invasi skala penuh ke Timor Timur dilakukan pada Desember 1975. Selama invasi Indonesia, diperkirakan sebanyak 200.000 orang tewas dalam pertempuran, pembantaian dan kelaparan. 

Fretilin dan kelompok bersenjatanya, Falintil, mundur ke pedalaman bersama puluhan ribu warga Timor Timur. Pada Juli 1976 parlemen Indonesia mendeklarasikan Timor Timur sebagai provinsi ke-27 Indonesia. Perdana Menteri Australia, Malcolm Fraser orang pertama yang mengakui Timor Timur sebagai bagian dari Indonesia. Tetapi PBB mengutuknya dan menyerukan tindakan penentuan nasib berdasarkan kemauan warga Timor Timur. 

Sikap Indonesia berubah setelah krisis pada 1998 yang menyebabkan pengunduran diri Presiden Indonesia yang telah berkuasa selama 30 tahun, Soeharto. Pengganti Soeharto, Presiden BJ Habibe, lebih terbuka terhadap beberapa bentuk otonomi untuk Timor Timur dan membebaskan tokoh Timor Timur Xanana Gusmão dari tahanan rumah. Setelah berbagai pergolakan dunia internasional, referendum Timor Timur pun dilaksanakan pada 30 Agustus 1999. Pada Mei 2002 Xanana Gusmão dilantik sebagai Presiden Timor Timur, yang mana menjadi Timor Leste. 

Pasca merdeka

Setelah mengalami berbagai pergolakan dan kependudukan, bukan hal mudah bagi Timor Leste untuk membangkitkan berbagai sektor kehidupan, termasuk ekonomi. Mengutip Kompas, skor kebebasan ekonomi Timor Leste adalah 45,9. Hal itu menjadikan Timor Leste menduduki peringkat ke-171 negara di dunia dalam indeks 2020. 

Sementara di kawasan Asia-Pasifik, Timor Leste berada di peringkat ke-40 di antara 42 negara dan skor keseluruhannya jauh di bawah rata-rata kawasan maupun dunia. Perekonomian Timor Leste mencatat sedikit tanda-tanda kebebasan. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Timor Leste pun terbilang rendah. Perekonomian Timor Leste bergantung pada pengeluaran pemerintah yang didanai oleh penarikan dari Dana Perminyakan. Timor Leste masih menjadi negara termiskin di dunia. 

Patung Kristus Raja di Dili yang menghadap laut (Sumber: Wikimedia Commons) 

Di sisi lain, Asian Developmnet Bank melaporkan bahwa ekonomi Timor Leste diperkirakan tumbuh pada 2021 dan 2022. Hal tersebut dikarenakan investasi publik yang besar dan Rencana Pemulihan Ekonomi Pemerintah Timor Leste.

Menurut laporan dari Bank Pembangunan Asia (ADB), prospek pertumbuhan ditutupi oleh lonjakan kasus COVID-19 sejak Maret 2021 dan kerusakan parah akibat banjir pada April 2021. The Asian Development Outlook (ADO) 2021 memproyeksikan produk domestik bruto non-minyak Timor Leste tumbuh 3,4 persen pada 2021, menyusul kontraksi -7,9 persen dalam perekonomian pada 2020.

Inflasi akan meningkat, sebagian karena harga pangan internasional yang lebih tinggi. Namun inflasi diperkirakan akan meningkat menjadi 2,0 persen pada 2021 dari 0,5 persen pada 2020. Perkiraan tersebut mengasumsikan bahwa Timor Leste mampu mengendalikan pandemi.

“Paket stimulus dan tanggap bencana pemerintah akan membantu mengurangi dampak sosial ekonomi dari banjir dan penguncian COVID-19 pada ekonomi Timor Leste, sementara penyebaran vaksin sedang berlangsung,” kata Direktur Perwakilan ADB untuk Timor-Leste Sunil Mitra.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH HARI INI atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya