JAKARTA - Putri Aiko, anak tunggal Kaisar Jepang Naruhito, akan mulai bekerja di Perhimpunan Palang Merah Jepang pada April tahun ini setelah lulus dari universitas.
Belum disebutkan tugas-tugas yang bakal dijalankan oleh putri kelahiran 2001 tersebut.
Putri Aiko tidak berada dalam garis suksesi karena hukum Jepang hanya mengizinkan laki-laki untuk naik takhta. Jepang memiliki monarki turun-temurun tertua di dunia.
Dalam sebuah pernyataan, Putri Aiko mengatakan bahwa dia selalu tertarik pada Palang Merah. Sementara palang merah menyebut "Membuat persiapan secara menyeluruh agar sang putri dapat bekerja dengan nyaman," dikutip dari BBC, Selasa, 23 Januari.
Organisasi ini memiliki hubungan dekat dengan keluarga kekaisaran, dengan permaisuri sebelumnya menjabat sebagai presiden kehormatan.
Pada bulan Oktober, Putri Aiko mengunjungi perkumpulan tersebut bersama orang tuanya untuk mengamati sebuah pameran tentang kegiatan bantuannya setelah gempa Tokyo tahun 1923. Dalam beberapa tahun terakhir, dia juga mengungkapkan simpatinya kepada para korban dan penyintas bencana alam di Jepang.
Aiko saat ini berada di tahun terakhir studinya di Fakultas Sastra Universitas Gakushuin, jurusan bahasa dan sastra Jepang. Sang putri umumnya dihormati oleh publik Jepang. Banyak di antaranya menyambut baik peran barunya.
Ibu dari Putri Aiko, Permaisuri Masako, dikenal sebagai putri dan permaisuri "wanita karir "di Jepang.Dididik di Harvard dan Oxford, permaisuri adalah mantan diplomat yang fasih dalam beberapa bahasa.
Pada tahun 1993, dia menjadi orang biasa kedua, setelah mantan Permaisuri Michiko, yang menikah dengan pewaris takhta Jepang pertama.Tapi begitu menikah, spekulasi berkecamuk tentang apakah dan kapan dia akan menghasilkan ahli waris laki-laki.
Kelahiran Putri Aiko pada tahun 2001 banyak dirayakan tetapi tidak menyelesaikan masalah suksesi. Pemerintah Jepang kemudian mulai memperdebatkan apakah akan mengubah undang-undang untuk mengizinkan perempuan naik takhta.
Lima tahun kemudian, adik laki-laki Kaisar Naruhito menyambut seorang bayi laki-laki, Pangeran Hisahito, untuk menghindari krisis suksesi.
Tetapi tekanan pada Putri Mahkota Masako saat itu terlihat jelas saat dia menghilang dari pandangan publik selama lebih dari satu dekade.
BACA JUGA:
Pada 2004, Putra Mahkota Naruhito saat itu mengatakan kepada wartawan dengan komentar yang sangat keras bahwa istrinya telah" benar-benar kelelahan " mencoba beradaptasi dengan kehidupan istana.
Istana kemudian mengumumkan bahwa sang putri menderita "gangguan penyesuaian", yang secara luas dianggap sebagai referensi depresi.