Bagikan:

JAKARTA - Hari ini, 27 Agustus 66 tahun lalu atau pada 1955, The Guiness Book of Records menerbitkan edisi pertamanya di Inggris Raya. Buku tersebut dengan cepat menjadi sangat populer. Buku yang dipublikasi secara tahunan ini menampilkan berbagai prestasi yang berkaitan dengan manusia dan hewan.

Mengutip History, Jumat 27 Agustus, inspirasi pembuatan buku rekor ini dapat ditelusuri sejak November 1951. Saat itu Sir Hugh Beaver, direktur pengelola Guinness Brewery, sedang dalam perjalanan berburu di Irlandia. Setelah gagal menembak seekor burung cerek emas, anggota kelompok pemburunya memperdebatkan apakah makhluk itu adalah burung tercepat di Eropa tetapi tidak dapat menemukan buku dengan jawabannya.

Pada 1954, mengingat argumen pada pemburuan tersebut, Sir Hugh memiliki ide untuk pembuatan buku rekor dunia. Ia mengundang si kembar Norris dan Ross McWhirter untuk menyusun buku fakta dan angka. Guinness Superlatives lalu didirikan pada 30 November 1954. 

Setelah fase penelitian awal, pekerjaan dimulai untuk menulis buku, yang memakan waktu 13 setengah jam setiap harinya, termasuk akhir pekan dan hari libur nasional. Si kembar McWhirter tidak menyangka bahwa buku mereka akan menjadi buku terlaris sepanjang masa dan salah satu merek paling dikenal dan terpercaya di dunia. 

The Guinnes Book of World Records edisi Amerika debut pada 1956 dan segera diikuti oleh edisi di sejumlah negara lain. Norris dan Ross McWhirter berkeliling dunia untuk meneliti dan memverifikasi rekor. Ross McWhirter terlibat dalam menyusun buku itu hingga kematiannya pada 1975 di tangan orang-orang bersenjata Tentara Republik Irlandia. Saudaranya Norris, terus menjadi editor buku tersebut hingga 1986.

Tidak hanya berminat untuk membaca buku tersebut, banyak orang yang berlomba-lomba untuk memasukkan namanya di buku rekor itu. Rasanya sangat membanggakan jika berhasil memecahkan rekor akan hal yang hanya dia di dunia ini yang bisa melakukannya.

Ditambah lagi, untuk memecahkan rekor itu tidak harus melakukan hal-hal yang aneh. Terbukti dengan beberapa peserta yang memecahkan rekor meniup balon permen karet terbesar di dunia, bermain rubik terlama di dunia, atau memakan suatu makanan terbanyak di dunia. Semua golongan bisa mencobanya. 

Fenomena ini diamati oleh seorang psikolog di Trinity College Dublin, Ian Robertson. Robertson menjelaskan, peserta yang ingin memecahkan Guinness Book of World Records memiliki motivasi sama halnya dengan atlet yang memiliki motivasi untuk memenangi kejuaraan. 

Kumpulan The Guinness Book of World Record (Sumber: Tangkap layar situs resmi Guinnes of Record) 

"Hal yang memotivasi seseorang untuk memenangkan pertandingan atau penampilan atletik adalah campuran motivasi yang mirip dengan apa yang Anda dapatkan dalam hal-hal sepele seperti membuat rekor aneh," kata Ian Robertson, mengutip The Atlantic.

Motivasi manusia dapat diiris dan dipotong menjadi beberapa kategori, intrinsik versus ekstrinsik adalah salah satu contohnya. Tetapi salah satu klasifikasi yang lebih terkenal adalah teori “tiga kebutuhan”, yang memecah motivasi menjadi, tiga kebutuhan: untuk pencapaian, kekuasaan, dan rasa memiliki. Dengan sesuatu seperti Guinness World Records, Robertson menjelaskan, kebutuhan akan pencapaian dapat mendorong orang untuk mengejar kesuksesan dalam sesuatu, apa pun keterampilannya. 

“Apa yang Anda miliki adalah motivasi pencapaian yang membara, dan seseorang mungkin tidak melihat peluang untuk memuaskan pencapaian itu dengan cara yang lebih konvensional," jelasnya. 

Untuk berpartisipasi dalam pemecahan rekor Guinness Book of World Record, batas usia peserta minimal 16 tahun pada sejumlah kategori rekor dan biasanya untuk catatan berbasis fisik, berbahaya atau daya tahan. Ada juga catatan lain yang dianggap tidak cocok untuk dicoba oleh orang di bawah usia 16 tahun. 

Jika ada peserta berusia di bawah 16 tahun, peserta tersebut tidak dapat mengajukan permohonan untuk dicatat. Guinnes of Record menyarankan agar peserta tersebut memenuhi usia minimal terlebih dahulu. 

Menurut situs Guinness of Record, terdapat lebih dari 40.000 rekor saat ini. Namun karena keterbatasan ruang, pihak Guinness of Record hanya dapat menerbitkan sekitar 4.000 catatan dalam buku setiap tahunnya. Namun jika sebuah rekor belum dipilih untuk dipublikasi, selalu ada kemungkinan akan dimasukkan dalam edisi mendatang atau mungkin muncul di situs web resmi. 

Rekor unik

Rudy Hartono, atlet bulutangkis Indonesia (Sumber: Dokumen BWF)

Mungkin memecahkan rekor seperti membuat pizza terbesar di dunia atau lainnya yang bersifat angka, bisa saja "dikalahkan" oleh orang lain. Namun ada beberapa rekor yang sulit tertanding.

Pertama adalah beban terberat yang ditopang oleh lidah manusia yang diklaim oleh Thomas Blackthorne. Ia sanggup menahan beban seberat 12,5 kilogram dengan anggota tubuh tak bertulang itu.

Blackthorne berlatih selama enam tahun untuk menahan beban ini selama lima detik. Lidahnya ditusuk oleh kail saat menahan beban tersebut. Dirinya memecahkan rekor tersebut pada 2004 tanpa meningalkan luka. 

Selain itu ada Kevin Fast, manusia yang berhasil menarik pesawat. Kevin Fast menarik pesawat CC-177 Globemaster III seberat 188,8 ton sejauh 8,8 meter pada 2009. Karena sulitnya pencapaian ini, sepertinya tidak ada orang yang mampu memecahkannya dalam waktu dekat.

Jika ada yang berusaha melakukannya, Fast meyakinkan orang-orang bahwa dia mampu menarik pesawat lebih jauh lagi jika garis finis tidak ada. Kevin Fast kembali mencatatkan gelar Guinness World Records pada 2020. Ia menarik giring seberat 16.500 kg. 

Bahkan Guinness Book of World Record juga mencatat orang yang paling sering membuat gugatan. Dia adalah Jonathan Lee Richards, yang telah menggugat lebih dari 4.000 perusahaan dan individu, dan memegang rekor dunia untuk jumlah tuntutan hukum terbesar yang diajukan.

Richards pernah menggugat Bill Gates dan Paus Benediktus XVI. Ketika dia mengetahui bahwa dia memegang rekor itu, dia menggugat Guinness.

Masyarakat Indonesia juga pernah memecahkan rekor Guinness of World Record. Pada 2018, Tari Poco-Poco terbesar digelar. Terdapat 52.121 peserta dan dilakukan oleh FOKBI yang bekerjasama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) di Jakarta.

Selain itu ada atlet legendaris badminton Indonesia Rudy Hartono. Rudy Hartono memecahkan rekor dunia sebagai peraih gelar terbanyak dalam turnamen All England, yaitu sebanyak 8 kali. Namanya tercatat dalam Guinness World Record pada 1982. 

*Baca Informasi lain soal SEJARAH HARI INI atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya