Peneliti AS Sebut Rusia Operasionalkan 21 Situs Penahanan serta Interogasi untuk Tentara dan Warga Sipil
Tentara Rusia membawa pasukan Ukraina yang menyerah di Azovstal, Mariupol. (Twitter/@StateOfUkraine)

Bagikan:

JAKARTA - Pasukan Rusia dan proksi mereka di Ukraina mengoperasikan 21 lokasi di medan perang untuk menahan serta menginterogasi pasukan dan warga sipil, kata sebuah laporan pada Kamis.

Laporan tersebut, yang diterbitkan oleh para peneliti Universitas Yale dengan dukungan Departemen Luar Negeri, menggunakan citra satelit dan pengumpulan data sumber terbuka, untuk mengidentifikasi lokasi.

Mereka termasuk sekolah di Desa Bezimenne dan Kozatske, pusat kota di Manhush dan Nikolske, serta penjara di Makiivka dan Olenivka.

Laboratorium Penelitian Kemanusiaan Sekolah Kesehatan Masyarakat Yale yang bertanggung jawab atas laporan tersebut, adalah mitra dalam program Observatorium Konflik yang didanai Departemen Luar Negeri.

Ini diluncurkan tahun ini untuk menganalisis bukti kejahatan perang yang diyakini dilakukan oleh pasukan Rusia di Ukraina.

"Kami sekali lagi meminta Rusia untuk segera menghentikan operasi penyaringan dan deportasi paksa, dan untuk memberikan akses pengamat independen dari luar ke fasilitas yang teridentifikasi dan area relokasi deportasi paksa di dalam wilayah yang dikuasai Rusia di Ukraina dan di dalam Rusia," kata Departemen Luar Negeri melansir The National News 26 Agustus.

pasukan ukraina menyerah di azovstal
Penyerahan diri pasukan Ukraina di Azovstal. (Wikimedia Commons/Mil.ru)

Sistem skala besar, kata para peneliti, menempatkan warga sipil melalui proses pendaftaran dan interogasi sebelum membebaskan mereka, menahan mereka atau mengirim mereka ke Rusia.

Laporan tersebut terutama berfokus pada wilayah Donetsk dan Koloni Pemasyarakatan Volnovakha, kompleks penjara dekat Olenivka di mana lebih dari 50 tawanan perang diduga tewas dalam ledakan di sana pada Bulan Juli.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada saat itu mengecam serangan tersebut, sebagai "pembunuhan massal yang disengaja terhadap tahanan perang Ukraina".

Laporan itu mengatakan Koloni Pemasyarakatan Volnovakha dekat Olenivka adalah pusat penahanan jangka panjang bagi tentara yang ditangkap, setelah pasukan Moskow mengambil alih pabrik baja Azovstal di Mariupol.

Kondisi penjara termasuk perlakuan tidak manusiawi terhadap tawanan perang dan pelanggaran hukum hak asasi manusia, sebut para peneliti.

"Laporan termasuk klaim sel yang penuh sesak, ruang yang tidak cukup untuk berbaring, sedikit atau tidak ada akses ke air dan fasilitas higienis, nutrisi yang tidak mencukupi dan tidak teratur, pemukulan dan penyiksaan," jelas laporan itu.

Para peneliti mengidentifikasi dua tanda berbeda di sepanjang bagian selatan dan barat daya Koloni Pemasyarakatan Volnovakha, yang dapat mencakup kuburan massal.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan AS memperkirakan antara 900.000 dan 1,6 juta warga sipil Ukraina telah ditahan atau dideportasi secara paksa.

"Presiden (Vladimir) Putin dan pemerintahannya tidak akan bisa terlibat dalam pelanggaran terus-menerus ini tanpa mendapat hukuman," ujar Departemen Luar Negeri.

"Akuntabilitas sangat penting, dan Amerika Serikat serta mitra kami tidak akan diam," tegasnya.

Diketahui, Rusia membantah secara sengaja menyerang atau menahan warga sipil sejak invasi 24 Februari, yang disebutnya sebagai operasi militer khusus.