Bagikan:

JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dunia nyaris mengalami bencana radiasi, usai aliran listrik ke Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia, akibat tembakan Rusia selama berjam-jam di kawasan tersebut, dengan Moskow membantah tudingan ini.

Presiden Zelensky mengatakan, penembakan Rusia pada Hari Kamis memicu kebakaran di lubang abu dari pembangkit listrik tenaga batu bara terdekat yang memutuskan kompleks reaktor, fasilitas terbesar di Eropa, dari jaringan listrik.

Generator diesel cadangan memastikan pasokan listrik yang penting untuk sistem pendinginan dan keselamatan di pabrik, katanya, memuji teknisi Ukraina yang mengoperasikan pabrik di bawah pengawasan militer Rusia.

"Jika staf stasiun kami tidak bereaksi setelah pemadaman, maka kami akan terpaksa mengatasi konsekuensi dari kecelakaan radiasi," katanya dalam pidato malam, melansir Reuters 26 Agustus.

"Rusia telah menempatkan Ukraina dan semua orang Eropa dalam situasi selangkah lagi dari bencana radiasi," kritiknya.

Terpisah, Vladimir Rogov, seorang pejabat yang ditunjuk Rusia di Kota Enerhodar yang diduduki dekat pabrik, menyalahkan angkatan bersenjata Ukraina atas kebakaran di hutan dekat pabrik.

Dia mengatakan kota-kota di daerah itu kehilangan listrik selama beberapa jam pada Hari Kamis.

"Ini disebabkan oleh pemutusan saluran listrik dari pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, sebagai akibat provokasi oleh para pejuang Zelenskiy," tulis Rogov di Telegram.

"Pemutusan itu sendiri dipicu oleh kebakaran dan korsleting pada saluran listrik," tandasnya.

Sementara itu, perusahaan nuklir negara Ukraina Energoatom mengatakan itu adalah pemutusan total pertama di pabrik, yang telah menjadi hotspot dalam perang enam bulan.

PBB sedang mencari akses ke pabrik dan telah menyerukan agar daerah itu didemiliterisasi. Pejabat Badan Energi Atom Internasional (IAEA) "sangat, sangat dekat" untuk dapat mengunjungi Zaporizhzhia, kata Direktur Jenderal badan tersebut Rafael Grossi pada hari Kamis.

Para ahli nuklir telah memperingatkan, risiko kerusakan pada kolam bahan bakar nuklir bekas atau reaktornya. Pemotongan daya yang dibutuhkan untuk mendinginkan kolam dapat menyebabkan kehancuran yang menghancurkan.

Paul Bracken, pakar keamanan nasional dan profesor di Yale School of Management, mengatakan kekhawatirannya adalah bahwa peluru artileri atau rudal dapat menembus dinding reaktor dan menyebarkan radiasi di sekitar area yang berpotensi luas, seperti kecelakaan 1986 yang melibatkan reaktor Chornobyl.

Kegagalan di pembangkit Zaporizhzhia dapat "membunuh ratusan atau ribuan orang, dan merusak lingkungan yang jauh lebih luas hingga ke Eropa," kata Bracken.

Diketahui, Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari, merebut pembangkit pada Bulan Maret dan telah mengendalikannya sejak itu, meskipun teknisi Ukraina masih mengoperasikannya.