Pemulihan Kesepakatan Nuklir 2015: Iran Minta IAEA Hentikan Isu Tiga Lokasi Penemuan Jejak Uranium yang Tidak Diumumkan
Reaktor Nuklir Arak Iran. (Wikimedia Commons/Nanking2012)

Bagikan:

JAKARTA - Badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) harus menghentikan isu-isunya mengenai tiga situs yang tidak diumumkan, kata Menteri Luar Negeri Iran, di tengah upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.

Amerika Serikat bersikeras Teheran harus bekerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), untuk menghilangkan kecurigaan tentang pekerjaan sebelumnya di tiga lokasi yang tidak diumumkan.

Dewan gubernur IAEA mengadopsi sebuah resolusi pada Bulan Juni yang mengecam Iran, karena gagal menjelaskan secara memadai penemuan jejak uranium yang diperkaya di tiga lokasi, yang tidak diumumkan oleh Teheran sebagai tempat kegiatan nuklir.

"Kami sangat serius tentang masalah perlindungan dan tidak ingin membiarkan beberapa tuduhan tak berdasar IAEA tetap ada," tegas Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian kepada kantor berita negara Irna, melansir The National News 26 Agustus.

Masalah ini telah meracuni hubungan antara IAEA dan Iran, yang menganggap masalah itu "bersifat politis, dan yang tidak boleh digunakan sebagai dalih untuk menghukum Iran", seorang diplomat Iran mengatakan kepada Irna.

Komentar itu muncul sehari setelah AS menanggapi proposal untuk menghidupkan kembali Kesepakatan Nuklir 2015, yang ditinggalkan AS saat dipimpin Donald Trump.

"Kami sedang dalam proses memeriksa tanggapan Amerika," sebut Amirabdollahian.

Diketahui, Kesepakatan Nuklir 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia - Inggris, Cina, Prancis, Jerman, Rusia dan AS - memberikan keringanan sanksi kepada Teheran, sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.

Kesepakatan yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), dirancang untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, yang selalu disangkal ingin dilakukan.