Bagikan:

JAKARTA - Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) memberi sinyal ingin menambah anggota baru lagi dengan mengajak Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat.

Pengamat Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai, keinginan KIB untuk menambah anggota lagi lantaran dianggap belum kuat atau memang mencari penengah.

"Kalau ada satu lagi, jadi penengah atau mungkin bisa jadi jalan keluar. Atau jangan-jangan KIB memang belum kuat, panik sehingga cari satu parpol lagi," ujar Hendri Satrio kepada wartawan, Senin, 1 Agustus. 

KIB terdiri dari Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Amanat Nasional (PAN). Jika digabungkan ketiganya, sudah mencukupi ambang batas presidential threshold atau ambang batas capres 20 persen kursi DPR RI atau 25 persen suara nasional.

“Kalau kemudian sudah 20 persen masih cari lagi dan menganggap belum kuat, berarti memang tidak kuat sebetulnya. Ada kepanikan dalam KIB bahwa salah satu anggotanya akan pergi meninggalkan KIB,” kata pria yang akrab disapa Hensat itu.

Menurut Hensat, ada tiga kemungkinan kenapa KIB 'ngebet' mencari anggota baru. Pertama, memang untuk membuat koalisi lebih kuat. Kedua, parpol baru ini menjadi cadangan bilang salah satu anggota asli koalisi keluar.

“Dan ketiga yang menurut saya alasan terkuat adalah lem-nya justru ada, kerekatannya ada di partai ke-4, jadi menambah warna di KIB,” ungkap Hensat.

Hensat mencontohkan, ketiga anggota koalisi memiliki latar belakang sejarah dan konstituen berbeda. Jika elitnya bisa bersatu, kata dia, belum tentu konstituennya juga begitu. Misalnya, tambah Hensat, Jika KIB memajukan Airlangga-Zulkifli Hasan, lalu bagaimana dengan konstituen PPP.

“Maka mereka butuh partai penengah agar konstituen mereka mau bahu membahu membesarkan KIB, entah itu Demokrat, PKS, mereka itu perekat dan membuat nyaman,” jelas Hensat.

Namun menurut direktur eksekutif KedaiKOPI ini, yang terpenting adalah KIB menentukan siapa calon presidennya. "Karena bagaimanapun tujuan berkoalisi adalah untuk menentukan calon presiden dan wakil, maka KIB ditunggu betul memilih sosok yang kuat," kata Hensat. 

Sebelumnya, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan berharap KIB bisa menambah satu parpol lagi untuk bergabung. Adapun partai yang tengah dijajaki adalah Partai Demokrat dan juga Partai Kebangkitan Bangsa (PKS).

"Mudah-mudahan bertambah satu partai lagi biar kokoh," kata Zulhas. 

Sementara, PKS menyatakan masih terus bersilaturahmi hingga bertemu jodoh koalisi untuk Pilpres 2024. Baik dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) maupun dengan NasDem dan Demokrat, bahkan dengan PKB. 

"Kami masih terus membangun komunikasi bukan hanya dengan KIB, dengan yang lain juga kita membangun komunikasi. Masing-masing penjajakan, mudah-mudahan nanti akan semakin mengerucut dan ketemu jodohnya," ujar Presiden PKS Ahmad Syaikhu di Kantor KPU, Senin, 1 Agustus. 

"Termasuk dengan NasDem dan Demokrat ya. Jadi dalam pertemuan, pembahasan koalisi ini masih penjajakan," sambungnya.  

Syaikhu menuturkan, saat ini komunikasi antar parpol intensif dilakukan untuk menyiapkan perahu mengusung calon presiden yang sama pada Pilpres 2024. Apalagi, setiap koalisi butuh presidential threshold 20 persen. 

"Jadi sifatnya masih menyiapkan perahu dulu. Kalau perahunya sudah aman ya artinya memenuhi PT 20 persen dan baru kita bahas bersama-sama siapa presiden dan wakil presiden," ungkapnya.