Bagikan:

SURABAYA - Para pendukung pasangan calon Eri Cahyadi-Armudji dan Machfud Arifin-Mujiaman saling sindir lewat meme di media sosial.

Kedua pendukung sebelumnya adu opini di kolom komentar akun Youtube KPU Surabaya. Kini meme saling sindir dilempar ke linimasa.

Misalnya meme dari pendukung paslon nomor urut dua Machfud Arifin-Mujiaman dengan menampilkan foto paslon Eri-Armudji saatdebat perdana. Dalam foto itu diberi keterangan Eri tengah berbicara panjang lebar dengan tulisan "bla...bla..bla..". Sedangkan pasangannya, Armudji dikesankan tidak mengerti yang dibicarakan oleh Eri dengan tulisan "saya gak ngerti apa apa, wes diem ae lahh, lebih aman boss..". 

Meme itu juga disebar Direktur Media dan Komunikasi Tim Pemenangan paslon Machfud Arifin-Mujiaman, Imam Syafi’i. Menurut Imam, meme adalah salah satu bentuk ekspresi masyarakat.

"Itu tidak apa-apa, karena meme itu kan bentuk ekspresi. Biarlah masyarakat melakukan apa saja. Tentu saja mereka yang melihat siaran langsung kan bisa menilai lah. Mana yang meme, mana yang karikatur, mana yang grafis. Yang sesuai dengan kondisi tadi malam saya pikir masyarakat paham lah, dan meme yang lucu-lucu begitu nggak papa lah, menghibur lah, biar tidak tegang lah," kata Imam, dikonfirmasi, Kamis, 5 November.

Imam tidak mempersoalkan jika meme itu beredar luas di masyarakat. Sepanjang meme itu tidak menimbulkan fitnah, apalagi sampai menjatuhkan martabat seseorang. 

"Boleh yang tertib tidak sampai saling fitnah, kayak gitu, menjatuhkan menyerang martabat. Menurut kami makin belajar lah masyarakat itu, memang sekarang eranya begitu, era medsos, ya lebih kuat dari media-media," katanya. 

Hal yang sama juga dilakukan oleh pendukung Eri Cahyadi-Armudji. Di media sosial, pendukung Eri juga memposting status meme satire.

"Machfud Arifin ditanya IPM gak jawab! Ngerti opo nggak?” begitu meme yang beredar. 

Menanggapi hal itu, Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya, Adi Sutarwijono, mengatakan meme-meme itu merupakan bagian dari kemeriahan pesta demokrasi.  Dia tidak mempermasalahkannya sepanjang tidak saling menjelekkan.

"Saya anggap itu bagian dari kemeriahan pesta demokrasi, asalkan tidak saling menjelekkan atau merusak. Kalau masih sindir menyidir itu ya biasa lah. Calon wali kota memang harus dilatih kesabarannya untuk menghadapi persoalan, supaya tidak bertelinga tipis," kata Awi, sapaan akrabnya.