JAKARTA - Pondok Pesantren (Ponpes) Majma’al Bahrain atau Ponpes Shiddiqiyyah tak lagi memiliki izin operasional. Kementerian Agama membekukan izin ponpes di Ploso, Jombang, Jawa Timur itu, akibat dugaan kasus perundungan dan pencabulan terhadap santriwati.
Kasus itu melibatkan Moch Subchi Azal Tsani (MSAT), alias Mas Bechi, anak kiai M Muchtar Mu’thi pemimpin Ponpes Shiddiqiyyah. MSAT yang bertatus DPO tersangka pencabulan itu telah menyerahkan diri Jumat 8 Juli dini hari.
Mengutip dari situs resminya, Ponpes Shiddiqiyyah dirintis kiai M Muchtar Mu’thi pada 1959. Awalnya sang kiai yang merupakan guru madrasah di Lamongan memutuskan untuk menjadi pengajar ilmu Thoriqoh Shiddiqiyyah di Desa Losari Ploso Jombang.
Keputusan itu diambil Muchtar Mu’thi setelah mendapatkan ilmu Thoriqoh dari gurunya, Syekh Ahmad Syuaib Jamali Al Banteni.
Sejak saat itu, ilmu Thoriqoh yang erat kaitannya dengan Ponpes Shiddiqiyyah meluas. Tersebar ke berbagai pelosok tanah air Indonesia hingga Malaysia.
Ponpes bernama lengkap Pondok Pesantren Majma’al Bahrain Hubbul Wathan Minal Iman Shiddiqiyyah ini, juga telah terdaftar seiring dengan diterbitkannya surat nomor R-1448/I/5.1.1./5/1973 oleh Kejaksaan pada 30 Juni 1973.
BACA JUGA:
Kegiatan utama yang dilakukan di Ponpes Shiddiqiyyah tak hanya soal pendidikan agama, tetapi juga sosial keagamaan dan ekonomi. Ilmu yang dikenal eksklusif di ponpes pada awal perkembangannya.
Organisasi masyarakat yang terafiliasi dengan ponpes, Orshid, menyebutkan Ponpes Shiddiqiyyah tak dapat dijauhkan dengan pengajaran nasionalisme.
Kiai M Muchtar Mu’thi yang kerap memberikan ceramah dan pengajaran ke banyak daerah juga acap kali menyerukan "Hubbul Wathon Minal Iman" dalam rangka kecintaannya kepada Tanah Air Indonesia. Seperti saat mengunjungi sejumlah titik di Sumatera pada Oktober 2018.
Dalam perjalanannya itu, Kiai M Muchtar Mu’thi juga menyematkan kalimat "Jamiatul Nudzakirin Hubbul Wathon Minal Iman" dalam bus yang dipakainya berkeliling.
Namun kini, Ponpes Shiddiqiyyah tercoreng dengan tindakan MSAT. MSAT juga mencemari ilmu Thoriqoh Shiddiqiyyah yang diajarkan ponpes tersebut.
Adapun secara bahasa, "Thoriq" berasal dari kata "Thoriq" berarti "Jalan". Sedangkan "Shiddiqiyyah" berasal dari kata "Shiddiq", artinya "Benar". Jadi Thoriqoh Shiddiqiyyah artinya "Jalan yang Benar", bukan jalan salah yang diduga dilakukan MSAT.