Bagikan:

JAKARTA - Sebuah studi tentang keropos tulang pada 17 astronot yang menjelajah di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), memberikan pemahaman yang lebih lengkap tentang efek perjalanan ruang angkasa pada tubuh manusia, serta langkah-langkah yang dapat menguranginya, pengetahuan penting menjelang potensi misi masa depan yang ambisius.

Penelitian ini mengumpulkan data baru tentang keropos tulang pada astronot yang disebabkan oleh kondisi gayaberat mikro di ruang angkasa, serta sejauh mana kepadatan mineral tulang dapat diperoleh kembali di Bumi. Ini melibatkan 14 astronot pria dan tiga wanita, rata-rata berusia 47 tahun, yang misinya berkisar antara empat hingga tujuh bulan di luar angkasa, dengan rata-rata sekitar 5-1/2 bulan.

Setahun setelah kembali ke Bumi, para astronot rata-rata menunjukkan penurunan kepadatan mineral tulang 2,1 persen di tibia, salah satu tulang kaki bagian bawah, dan kekuatan tulang berkurang 1,3 persen. Sembilan tidak memulihkan kepadatan mineral tulang setelah penerbangan luar angkasa, mengalami kehilangan permanen.

"Kami tahu bahwa astronot kehilangan tulang pada penerbangan luar angkasa jangka panjang. Apa yang baru tentang penelitian ini adalah kami mengikuti astronot selama satu tahun setelah perjalanan ruang angkasa mereka untuk memahami apakah dan bagaimana tulang pulih," terang profesor Universitas Calgary, Leigh Gabel, seorang ilmuwan olahraga. yang merupakan penulis utama penelitian yang diterbitkan minggu ini di jurnal 'Scientific Reports' seperti melansir Reuters 2 Juli.

ilustrasi astronot
Ilustrasi Astronot. (Wikimedia Commons/NASA)

"Astronot mengalami keropos tulang yang signifikan selama enam bulan penerbangan luar angkasa, kehilangan yang kita harapkan terjadi pada orang dewasa yang lebih tua selama dua dekade di Bumi, dan mereka hanya memulihkan sekitar setengah dari kehilangan itu setelah satu tahun kembali ke Bumi," papar Gabel.

Pengeroposan tulang terjadi karena tulang yang biasanya akan menahan beban di Bumi, tidak membawa beban di luar angkasa. Badan-badan antariksa perlu meningkatkan tindakan pencegahan, lewat olahraga dan nutrisi, untuk membantu mencegah keropos tulang, kata Gabel.

"Selama penerbangan luar angkasa, struktur tulang halus menipis, dan akhirnya beberapa batang tulang terputus satu sama lain. Begitu astronot kembali ke Bumi, sambungan tulang yang tersisa dapat menebal dan menguat, tetapi tulang yang terputus di luar angkasa tidak dapat dibangun kembali. Jadi, keseluruhan struktur tulang astronot berubah secara permanen," terang Gabel.

Studi Astronot di stasiun luar angkasa dilakukan dalam tujuh tahun terakhir. Studi ini tidak memberikan kewarganegaraan mereka, tetapi mereka berasal dari badan antariksa AS NASA, Badan Antariksa Kanada, Badan Antariksa Eropa dan Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang.

Perjalanan luar angkasa menimbulkan berbagai tantangan bagi tubuh manusia, perhatian utama bagi badan antariksa saat mereka merencanakan eksplorasi baru. Misalnya, NASA bertujuan untuk mengirim astronot kembali ke bulan, misi yang sekarang direncanakan paling cepat 2025. Itu bisa menjadi awal dari misi astronot masa depan ke Mars atau kehadiran jangka panjang di permukaan bulan.

ilustrasi astronot
Ilustrasi Astronot. (Wikimedia Commons/NASA)

"Mikrogravitasi mempengaruhi banyak sistem tubuh, termasuk otot dan tulang," sebut Gabel.

"Sistem kardiovaskular juga mengalami banyak perubahan. Tanpa gravitasi yang menarik darah ke kaki kita, astronot mengalami pergeseran cairan yang menyebabkan lebih banyak darah terkumpul di tubuh bagian atas. Hal ini dapat memengaruhi sistem kardiovaskular dan penglihatan," paparnya.

"Radiasi juga merupakan masalah kesehatan yang besar bagi astronot karena semakin jauh mereka melakukan perjalanan dari Bumi, semakin besar paparan radiasi matahari dan peningkatan risiko kanker," tandas Gabel.

Studi tersebut menunjukkan, misi luar angkasa yang lebih lama menghasilkan lebih banyak keropos tulang dan kemungkinan pemulihan tulang yang lebih rendah sesudahnya.

Latihan dalam penerbangan, latihan ketahanan di stasiun luar angkasa, terbukti penting untuk mencegah keropos otot dan tulang. Astronot yang melakukan lebih banyak deadlift dibandingkan dengan apa yang biasanya mereka lakukan di Bumi, ditemukan lebih mungkin untuk memulihkan tulang setelah misi.

"Masih banyak yang belum kita ketahui mengenai bagaimana gayaberat mikro mempengaruhi kesehatan manusia, terutama pada misi luar angkasa lebih dari enam bulan, dan pada konsekuensi kesehatan jangka panjang," jelas Gabel.

"Kami benar-benar berharap bahwa keropos tulang pada akhirnya akan stabil pada misi yang lebih lama, bahwa orang-orang akan berhenti kehilangan tulang, tetapi kami tidak tahu," pungkasnya.