Bagikan:

JAKARTA - Lompatan raksasa berikutnya bagi manusia mungkin adalah perjalanan ke Mars, tetapi memiliki sel darah merah pembawa oksigen yang cukup untuk perjalanan mungkin menghadirkan tantangan, menurut penelitian baru.

Bahkan, turis luar angkasa yang mengantri untuk perjalanan singkat mungkin harus tinggal di rumah jika mereka berisiko terkena anemia, atau kekurangan sel darah merah, kata para peneliti.

Para astronot diketahui mengalami 'anemia luar angkasa' namun hingga saat ini dianggap hanya sementara. Satu studi NASA menyebutnya 'penyakit 15 hari.'

Dokter mengaitkannya dengan penghancuran sel darah merah, atau hemolisis, yang dihasilkan dari perpindahan cairan saat tubuh astronot diakomodasi menjadi tanpa bobot. Dan, sekali lagi saat mereka diakomodasi kembali oleh gravitasi.

Faktanya, anemia adalah "efek utama pergi ke luar angkasa," kata Dr. Guy Trudel dari Universitas Ottawa, yang memimpin penelitian terhadap 14 astronot yang didanai oleh Badan Antariksa Kanada.

"Selama Anda berada di luar angkasa, Anda menghancurkan lebih banyak sel darah" daripada yang Anda buat," sebutnya seperti melansir Reuters 15 Januari.

astronot
Ilustrasi. (Wikimedia Commons/NASA)

Biasanya, tubuh menghancurkan dan mengganti hampir 2 juta sel darah merah per detik. Tim Trudel menemukan, tubuh astronot menghancurkan 3 juta sel darah merah per detik selama misi enam bulan mereka.

"Kami pikir kami tahu tentang anemia ruang angkasa, dan ternyata tidak," terang Trudel.

Para astronot menghasilkan sel darah merah ekstra untuk mengkompensasi yang hancur. Tapi, Trudel bertanya, berapa lama tubuh bisa terus menerus memproduksi sel darah merah 50 persen lebih banyak?

Sebagai gambaran, sebuah misi pulang pergi ke Mars akan memakan waktu sekitar dua tahun, NASA memperkirakan.

"Jika Anda sedang dalam perjalanan ke Mars dan Anda tidak dapat mengikuti kebutuhan untuk memproduksi semua sel darah merah ekstra itu, Anda bisa berada dalam masalah serius," papar Trudel.

Memiliki lebih sedikit sel darah merah di luar angkasa bukanlah masalah ketika tubuh Anda tidak berbobot, tambahnya. Tetapi setelah mendarat di Bumi, dan berpotensi di planet lain, anemia dapat memengaruhi energi, daya tahan dan kekuatan astronot.

luar angkasa
Ilustrasi. (Unsplash/NASA)

Setahun setelah kembali ke Bumi, sel darah merah astronot belum sepenuhnya kembali ke tingkat pra-penerbangan, timnya melaporkan pada Jumat pekan lalu di 'Nature Medicine'.

Selain itu, Trudel juga mempelajari efek imobilitas pada pasien yang terbaring di tempat tidur selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Temuan baru ini meniru apa yang dia lihat pada pasiennya, katanya, yang menunjukkan bahwa apa yang terjadi di luar angkasa mungkin juga terjadi pada pasien yang tidak bergerak.

"Solusi yang satu bisa juga berlaku untuk yang lain," tandasnya.

Sementara itu, Sulekha Anand, yang meneliti fisiologi manusia di San Jose State University dan tidak terlibat dalam penelitian ini, setuju dengan temuan yang dihasilkan.

"Temuan ini memiliki implikasi untuk memahami konsekuensi fisiologis dari penerbangan luar angkasa dan anemia pada pasien di darat," singkatnta.

Untuk diketahui, Tim Trudel sedang mempelajari cara untuk memecahkan masalah, katanya.