JAKARTA - Pada 2030 manusia akan menjajaki Mars untuk pertama kalinya, bisa tepat waktu atau malah mundur. Tetapi selain kendaraan, ada hal yang jauh lebih penting dari itu, yakni kebutuhan makanan astronot selama di sana.
Astronot yang menuju Mars akan memiliki perjalanan panjang dan mengalami gayaberat mikro selama berbulan-bulan. Kondisi tersebut akan menempatkan risiko keropos tulang yang luas. Dan para ilmuwan telah menemukan solusinya.
Awal minggu ini pada pertemuan musim semi American Chemical Society secara daring, para ilmuwan mempresentasikan cetak biru mereka untuk selada transgenik baru.
Ini mirip dengan bahan salad tetapi direkayasa secara genetik untuk mencegah pengeroposan tulang dan itu bisa tumbuh di luar angkasa. Memakan tanaman itu seperti mengumpulkan power-up di video gim yang melindungi dari ancaman gayaberat mikro.
"Ini adalah cara yang sangat sederhana dan hemat biaya untuk membuat terapi," kata ahli kimia di University of California, Karen McDonald.
Di Bumi, tubuh manusia menjaga keseimbangan antara memecah mineral di tulang kita dan memperbaiki berbagai hal untuk memastikan selalu mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
Namun, dalam gayaberat mikro, persamaan ini kehilangan harmoninya. Kerusakan mineral tulang masih terjadi, tetapi perbaikan selanjutnya tidak dapat mengikuti, yang menyebabkan hilangnya kepadatan tulang secara keseluruhan.
Untuk mengatasi pengeroposan tulang seperti itu di luar angkasa, astronot harus sering berolahraga di pesawat ruang angkasa mereka. Misalnya saat di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), mereka memiliki sepeda, treadmill, dan alat angkat beban khusus.
BACA JUGA:
Sayangnya dalam studi baru, para ilmuwan mencatat belum ada cukup bukti untuk mendukung jika melakukan olahraga cukup dapat mencegah pengurangan kepadatan tulang.
Itu sebabnya penjelajah ruang angkasa juga membawa jarum suntik obat yang mengandung apa yang disebut hormon paratiroid manusia, atau PTH, dalam campurannya. Pada dasarnya, PTH membantu merangsang pembentukan tulang tetapi terapi ini memiliki kelemahannya sendiri.
Melansir CNET, Jumat, 25 Maret, dengan ramuan selada baru, seorang astronot perlu makan sekitar delapan cangkir selada untuk mendapatkan dosis yang tepat.
"Kami memutuskan untuk menggunakan selada karena selada adalah tanaman yang ditanam di ISS. Ini juga merupakan tanaman yang sangat produktif dalam hal menghasilkan benih, jadi ide kami adalah jika kami membuat tanaman transgenik, satu benih dapat menghasilkan ribuan benih," ujar McDonald.
Tidak seperti pengobatan astronot pada biasanya, selada transgenik ini direkayasa secara sintetis untuk memiliki gen yang berkorelasi dengan sedikit variasi PTH.
"Saya tidak berpikir kita akan dapat melakukan eksplorasi luar angkasa dengan kru manusia tanpa teknologi semacam ini," ungkap seorang ahli kimia di University of California, Kevin Yates.
"Ini bukan hanya selada itu sendiri, itu adalah bagian dari cara berpikir yang lebih luas di mana kami mencoba menggunakan setiap sumber daya yang kami miliki untuk kami, apakah itu di pesawat ruang angkasa atau Bulan atau Mars," imbuhnya.
Tak hanya untuk astronot, para ilmuwan menekankan bahwa penemuan mereka dapat diberikan kepada siapa saja yang cenderung mengalami pengeroposan tulang.
Meski demikian, sebelum kita sampai pada titik itu, para ilmuwan harus terlebih dahulu melakukan banyak tes lain, seperti penelitian pada hewan, uji klinis, pengoptimalan obat, dan bahkan melihat bagaimana tanaman tumbuh di lingkungan seperti ruang angkasa. Faktanya, itu belum dicicipi oleh manusia karena rintangan ilmu klinis itu.