JAKARTA – Misi pendaratan manusia di Bulan belum terjadi, tetapi NASA sudah merencanakan misi penerbangan ke Mars. Lembaga antariksa AS itu berencana mengirimkan manusia paling cepat pada tahun 2035.
Perjalanan di ruang angkasa akan menghabiskan waktu yang cukup lama. Untuk satu kali jalan, para astronot perlu menempuh jarak hingga 402 juta kilometer dengan durasi waktu sekitar enam hingga tujuh bulan. Setelah mendarat, para astronot akan menghabiskan waktu hingga 500 hari di permukaan Mars sebelum kembali ke Bumi.
Misi ini akan berkaitan erat dengan program Artemis. Program ini tidak hanya dirancang untuk mendaratkan astronot wanita dan berkulit warna pertama di Bulan, tetapi juga untuk melatih dan mempersiapkan misi pendaratan di Mars dengan sebaik mungkin.
Meski NASA ingin menjadi yang terdepan di sektor antariksa, lembaga antariksa itu berusaha mengejar misi yang ambisius untuk memajukan eksplorasi dan penemuan ilmiah. Ada kemungkinan tujuan ambisius ini ditunda karena misi Artemis yang berjalan lambat.
Joel S. Levine, Ilmuwan Atmosfer dan mantan Peneliti NASA, mengungkapkan bahwa Mars memiliki banyak hal yang perlu diteliti. Meski wahana penjelajah Perseverance sudah ditempatkan di planet tersebut, akan lebih baik jika astronot bisa mengunjunginya secara langsung.
"Ada banyak misteri yang harus diselidiki di planet merah tersebut, termasuk mengapa Mars terlihat seperti sekarang, dan apakah Mars pernah menjadi tempat tinggal bagi kehidupan, baik dulu maupun sekarang," kata Levine melalui Space.
Saat ini, Mars memang tidak memiliki air di permukaannya. Namun, mayoritas ilmuwan meyakini bahwa planet ini memiliki air cair dalam bentuk samudra, danau, hingga sungai sekitar 3,8 miliar tahun yang lalu.
BACA JUGA:
Kepercayaan ini tidak muncul begitu saja. Banyak temuan yang mendukung hipotesis tersebut, seperti bukti adanya danau, sungai, hingga garis pantai samudra. Dengan begitu, muncul dugaan bahwa Mars dulunya memiliki atmosfer yang padat.
Saat ini, keadaan sudah sangat berubah. Mars memiliki atmosfer yang sangat tipis dan 95 persen atmosfernya terdiri dari karbon dioksida. Para ilmuwan meyakini bahwa kondisi atmosfer yang dipenuhi debu ini berkaitan dengan hilangnya air secara keseluruhan.
Untuk memecahkan misteri hilangnya air dari Mars, NASA ingin mengunjunginya secara langsung. Mereka telah melakukan berbagai persiapan seperti mengembangkan kendaraan peluncur baru yang disebut Sistem Peluncuran Luar Angkasa.
Mereka juga mengembangkan pesawat Orion, melakukan simulasi di lingkungan mirip Mars, melatih para astronot untuk tinggal di ruang simulasi Mars, dan masih banyak lagi. Harapannya, misi penerbangan ke Mars bisa dipersiapkan tepat waktu.