SURABAYA - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) menceritakan perjalanannya memimpin Surabaya selama dua periode. Berbagai pengalaman manis dan pahit diceritakan menjelang masa jabatannya berakhir pada 2020.
Semula, Risma menceritakan berbagai masalah yang dihadapi saat awal menjabat, mulai dari persoalan banjir, hingga masalah sosial yang terjadi pada waktu itu. Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini juga mengingat momen yang pernah dilalui bersama jajaran Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam menyelesaikan persoalan.
Selain itu, Risma ingat betul di tahun pertama memimpin, Wali Kota Risma berjanji akan membuat Surabaya dikenal di dunia melalui rentetan perubahan kemajuan.
"Saya harus bisa membawa kota ini ada di peta dunia. Artinya warga dunia bisa mengerti dan tahu bahwa ada kota yang namanya Surabaya. Alhamdhulillah terwujud," kata Risma, Senin, 26 Oktober.
Dia menjelaskan, duka dan berbagai kesulitan yang dihadapi selama 10 tahun itu dinilainya sangat beragam. Yang paling berkesa adalah upaya Risma dalam menutup lokalisasi Dolly. Bagi Risma, penutupan lokalisasi itu merupakan langkah yang berat dan beresiko. Namun begitu, seiring dengan keberanian dan dukungan dari berbagai pihak, dia berhasil melewatinya.
"Berikutnya, saat peristiwa bom dua tahun lalu. Itu adalah hal yang sangat menyedihkan dan berat untuk kami. Saya bersyukur bisa melewati semua itu," kata dia.
BACA JUGA:
Risma juga menceritakan sepenggal kisah yang membahagiakan selama bertugas. Dia menyebut, jika melihat data menunjukkan angka kemiskinan yang turun secara signifikan. Kemudian banyaknya apresiasi dan penghargaan yang tidak hanya diterima dalam negeri, tetapi bahkan dari luar negeri juga dapat melihat kemajuan kota.
"Lalu suhu udara turun, warga lebih ramah. Itu yang membuat orang asing atau wisatawan berkunjung ke kota ini. Dan masih banyak lagi tentunya. Kami sangat bersyukur Surabaya sudah semakin baik dari hari ke hari," kata Risma.