Bagikan:

SURABAYA - Tri Rismaharini akan purna tugas sebagai Wali Kota Surabaya pada Februari 2021. Jelang purna tugas, Risma mendapat tugas baru sebagai Menteri Sosial menggantikan Juliari P Batubara.

Risma menikah dengan Djoko Saptoadji dan dikaruniai dua orang anak, yakni Fuad Bernardi dan Tantri Gunarni Saptoadji. Wanita kelahiran Kediri, Jawa Timur, pada 20 November 1961 itu, rupanya mengikuti jejak ayahnya sebagai aparatur sipil negara (ASN) di kantor pajak di Surabaya.

Sejak kecil, dia hidup sederhana. Risma kecil bersekolah di SD Negeri Kediri, dan setelah lulus melanjutkan SMP di Surabaya, tepatnya di SMP Negeri 10 Surabaya pada tahun 1976, kemudian melanjutkan di SMA 5 Surabaya.

Risma sempat menderita penyakit asma. Sejak itu ia rutin mengikuti cabang olahraga lari untuk mengantisipasi penyakit asma yang dia derita. Ternyata mengikuti cabang olahraga lari membuahkan hasil. Risma dapat melawan penyakitnya, bahkan menjadi pelari andalan Kota Surabaya.

Setelah lulus SMA, Risma memilih untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, mengambil S1 jurusan arsitek di Instititut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), dan kemudian setelah lulus dia mengambil S2 jurusan Managemen Pembangunan Kota di kampus yang sama.

Setelah lulus kuliah, Risma kemudian menjadi aparatur sipil negera (ASN) di Pemerintah Kota Surabaya sekitar tahun 1990. Karier Risma dalam dunia birokrasi tergolong mulus. Anak perempuan dari pasangan M. Chuzuzaini dan Siti Muajiatun ini, mekiliki pengalaman malang melintang, dengan berbagai pengalaman dari jabatan yang ia emban. 

Risma pertama kali menjabat sebagai Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Bappeko Surabaya tahun 1997-2000. Kemudian diangkat menjadi Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Disbang tahun 2001. Belum genap setahun, Risma kemudian dipercaya sebagai Kepala Cabang Dinas Pertamanan 2001. 

Karis Risma pun meroket. Dia selanjutnya menjabat sebagai Kepala Bagian Bina Bangunan tahun 2002. Selama tiga tahun menjabat, kemdian ia dipindah tugaskan sebagai Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan tahun 2005, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan tahun 2010.

Selama menjabat sebagai kepala dinas, Risma dikenal tegas, pekerja keras, ceplas-celplos, ulet, dan berpihak kepada wong cilik. Masyarakat Surabaya pun terkesima dengan kinerjanya, hingga akhirnya ia terpilih sebagai Wali Kota Surabaya.

Saat itu, Risma mencalonkan diri sebagai Wali Kota Surabaya melalui PDI Perjuangan pada Pilkada 2010, berpasangan dengan Bambang DH. Ia kemudian terpilih dan resmi menjabat sebagai Wali Kota Surabaya pada September 2010. Pada jabatan inilah Risma mulai dalam wacana tokoh politik nasional, bahkan namanya menjadi media darling.

Sejak menjadi Wali Kota Surabaya, Risma pun meraih sejumlah penghargaan dari berbagai katogori. Tak hanya itu, Risma sebagai walikota pun mendapatkan beberapa penghargaan, di antaranya pada tahun 2014, di mana Risma mendapat penghargaan "Mayor of the Month' dan di tahun 2015 menjadi walikota terbaik ke-3 di Dunia.

Kemudian pada tahun 2018, Wali Kota perempuan pertama di Surabaya itu, terpilih secara aklamasi sebagai Presiden UCLG-ASPAC (Asosiasi Pemerintah Kota dan Daerah Se-Asia Pasifik), untuk masa bakti 2018-2020, menggantikan Gubernur Provinsi Jeju, Korea Selatan, Won Hee-ryong. Ia terpilih dalam Kongres UCLG-ASPAC 2018 di Surabaya.

Prestasi gemilang itu membuat warga Surabaya semakin cinta kepada Risma. Hingga akhirnya pada Pilkada 2015, ia kembali menang sebagai Wali Kota Surabaya untuk periode 2015-2020. Pada priode kedua itu, Risma berpasangan dengan Whisnu Sakti Buana.