Pansus DPRD DKI Belajar Penanganan Banjir ke Wali Kota Surabaya Risma
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama DPRD DKI Jakarta (Foto: AM Sby/VOI)

Bagikan:

SURABAYA - Panitia Khusus (Pansus) Banjir DPRD DKI Jakarta belajar ke Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) mengenai penanganan banjir di Surabaya.

Risma menjelaskan, Kota Surabaya berada lima meter di atas permukaan laut, sehingga dulu saat air pasang, Surabaya kerap banjir. Bahkan, ia mengaku saat awal menjadi Wali Kota Surabaya, sekitar 50 persen wilayah Surabaya banjir. 

"Alhamdulillah saat ini sudah tinggal 2,08 persen sisa genangan di Surabaya," kata Risma, dalam pertemuan, Kamis, 22 Oktober.

Risma menjelaskan terus melakukan berbagai hal untuk menangani banjir di Surabaya. Di antaranya melakukan pembangunan saluran di jalan dan perkampungan.

"Bahkan di perkampungan itu juga terus dilakukan pavingisasi supaya ada resapan air," katanya. 

Risma juga berbicara mengenai pembangunan box culvert yang luas dan dalam di berbagai lokasi di Surabaya. Di atas box culvert itu dibuat jalan dan beberapa saluran juga dibuat pedestrian, sehingga ada dua fungsi yang bisa dimanfaatnya.

"Yang paling penting, salurannya itu harus diconnect-kan, harus terkoneksi semuanya, kalau tidak pasti akan menjadi masalah, makanya kadang kalau kita kekurangan uang, kita lebih prioritaskan dulu salurannya, supaya tidak meluap, pedestriannya bisa digarap setelahnya kalau ada uang," kata dia.

 Ada juga pembangunan waduk atau bozem yang saat ini sudah ada sekitar 75 bozem di Surabaya. Dia juga menjelaskan tentang pentingnya pintu air dan pompa air untuk mengatasi musim hujan, termasuk pula intensitas pengerukan dan normalisasi sungai yang terus dilakukan di berbagai saluran dan sungai di Surabaya.

Sementara itu, Ketua Pansus Banjir DPRD DKI Jakarta, Zita Anjani, mengatakan pihaknya sempat ke Semarang sebelum datang ke Surabaya, untuk mengetahui penanganan banjir di sana. 

"Kemarin kita sudah ke Semarang. Kita sudah punya ilmu banyak terkait penanggulangan banjir dalam 10 tahun, dari 80 persen titik genangan kini tinggal 13 persen. Tadi ke tempat Bu Risma lebih luar biasa lagi, 50 persen titik banjir kini tinggal 2,3 persen. Tadi kami belajar banyak dari Kota Surabaya," kata Zita.

Zita mengatakan setidaknya ada lima masukan dari Risma yang dapat dijadikan rekomendasi, untuk mengatasi persoalan banjir di DKI Jakarta. Pertama, dalam pembangunan jalan harus disertai saluran air yang bagus untuk mencegah banjir. "Kalau jalan di DKI, kalau kita buka bawahnya hancur. Harus salurannya dulu dibetulin, terus jalannya," ujarnya.

 Kedua, air harus dialirkan dan ditampung dengan baik. Jadi jumlah air yang masuk harus diketahui dan bisa menampung serta harus bisa mengalirkan dengan baik. Ketiga, master plan penanganan banjir.

"Kemudian yang keempat yakni kekompakan, kolaborasi antar dinas di Kota Surabaya itu bagus. Kalau ada banjir bukan hanya tugas Dinas Pekerjaan umum bukan, tapi Dinas Pemadam Kebakaran juga ikut. Jadi koordinasi cukup baik," lanjutnya.

Sedangkan yang kelima, Zita mencatat pesan yang disampaikan Wali Kota Risma adalah air yang masuk ke aliran sungai harus dipecah supaya tidak berhenti. "Jadi itu lima pesan dari Bu Risma. Kami dari Pansus Banjir dapat ilmu banyak. Jadi nanti rekomendasinya banyak dari Kota Surabaya dan kota-kota lainnya. Banyak tadi yang kami dapat," pungkasnya.