Target Vaksinasi <i>Booster</i> di Indonesia Baru Tercapai 22,73 Persen
Ilustrasi vaksinasi COVID-19. (PIXABAY)

Bagikan:

JAKARTA - Masyarakat Indonesia yang telah menerima suntikan vaksin booster atau dosis penguat mencapai 47,5 juta jiwa. Ini artinya, baru 22,73 persen total sasaran yang sudah mendapatkan tiga suntikan vaksin.

Berdasarkan data Satgas COVID-19 yang diterima di Jakarta hingga Sabtu, 11 Juni, pukul 12.00 WIB, jumlah penduduk yang telah mendapat suntikan tiga dosis vaksin COVID-19 mencapai 47.545.860 orang.

Sedangkan, pemerintah menargetkan vaksin booster diberikan kepada 208 juta jiwa lebih, demikian yang dilansir Antara.

Sementara itu, penduduk yang mendapatkan dua dosis vaksin COVID-19 bertambah 33.136 orang menjadi total 168.030.935 orang atau setara 80,68 persen.

Sedangkan penerima dosis pertama bertambah 25.369 orang, sehingga jumlah keseluruhan dosis pertama mencapai 200.818.541 orang atau setara 96,42 persen.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam agenda Kick Off Integrasi Layanan Kesehatan Primer di Jakarta, Jumat, 10 Juni, mendorong masyarakat untuk segera mengakses vaksin COVID-19 menyusul temuan empat kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Provinsi Bali pada Mei 2022.

"Memang saat ini sudah keluar Variants under Monitoring (VuM) seperti Omicron BA.4 dan BA.5. Ini yang memicu kenaikan kasus di Eropa, Amerika dan Asia. Itu sudah ditemukan di Indonesia kemarin di Bali, ada empat orang kena," katanya.

Subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 menjadi penyebab kasus COVID-19 di beberapa negara di dunia naik.

Laporan dari Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data (GISAID) terdapat laporan 6.903 sekuens subvarian BA.4 dari 58 negara. Lima negara dengan squencing terbanyak, yakni Afrika Selatan, Amerika Serikat, Inggris, Denmark dan Israel.

Sementara subvarian BA.5 sebanyak 8.687 sekuens dari 63 negara. Lima negara dengan squencing BA.5 terbanyak adalah Amerika Serikat, Portugal, Jerman, Inggris dan Afrika Selatan.

Dari laporan itu disampaikan bahwa transmisi BA.4 maupun BA.5 memiliki kemungkinan menyebar lebih cepat dibanding dengan omicron sebelumnya. Namun tingkat keparahannya tidak ada indikasi kesakitan lebih parah.