Pesawat Angkatan Udara Kembali Alami Kecelakaan dan Tewaskan Pilot, Presiden Taiwan Tegas Perintahkan Penyelidikan
Ilustrasi pesawat jet latih Angkatan Udara Taiwan AT-3. (Wikimedia Commons/Toshiro Aoki)

Bagikan:

JAKARTA - Awan duka kembali menggelayuti Angkatan Udara Taiwan, setelah sebuah peaswat latih jatuh dan menewaskan sang pilot pada Hari Selasa, kecelakaan fatal kedua yang terjadi sejak awal tahun.

Kementerian Pertahanan mengatakan, pesawat latih jenis jet AT-3 jatuh selama misi pelatihan dari Pangkalan Udara Gangshan di kota selatan Kaohsiung. Tubuh pilot pesawat tersebut berhasil ditemukan.

AT-3 adalah pesawat latih canggih yang dikembangkan di dalam negeri Taiwan. Pesawat jeni sini pertama kali terbang mengangkasa pada tahun 1980 dan dapat membawa senjata.

Presiden Tsai Ing-wen yang mengetahui hal ini merasa sangat sedih dengan peristiwa yang terjadi, menginstruksikan Kementerian Pertahanan untuk menyelidiki apa yang terjadi.

Pada Bulan Maret, sebuah jet tempur Mirage 2000 jatuh ke laut di lepas pantai tenggara pulau itu, pesawat tempur kedua hilang dalam tiga bulan. Beruntung, pilot diselamatkan hidup-hidup.

Sebelumnya pada Bulan Januari, Angkatan Udara menangguhkan pelatihan tempur untuk armada F-16, setelah model jet tempur yang baru saja menjalani peningkatan jatuh ke laut dan menewaskan pilot.

Tahun lalu, dua pesawat tempur F-5E, yang pertama kali memasuki layanan di Taiwan pada 1970-an, jatuh ke laut setelah keduanya diduga bertabrakan di udara selama misi pelatihan.

Sementara pada akhir 2020, sebuah jet tempur F-16 menghilang, tak lama setelah lepas landas dari pangkalan udara Hualien di pantai timur Taiwan dalam misi pelatihan rutin.

Meskipun Angkatan Udara Taiwan terlatih dengan baik, namun armadanya dituntut untuk selalu berada dalam kesiapsiagaan tinggi untuk mengantisipasi peaswat militer China, kendati kecelakaan tidak dikaitkan dengan upaya pencegatan.

Diketahui, China yang mengklaim Taiwan sebagai miliknya, secara rutin mengirim pesawat ke zona pertahanan udara Taiwan (ADIZ), sebagian besar di daerah sekitar Kepulauan Pratas yang dikuasai Taiwan, tetapi terkadang juga ke wilayah udara antara Taiwan dan Filipina.