Bagikan:

JAKARTA - Utusan hak asasi manusia Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Afghanistan mengatakan, negara itu menghadapi tantangan hak asasi manusia 'berat' dengan meminta otoritas Taliban untuk mencabut pembatasan yang berkembang pada wanita, menyelidiki serangan terhadap minoritas agama.

Richard Bennett, pelapor khusus PBB untuk masalah HAM di Afghanistan berbicara kepada wartawan pada akhir kunjungan 11 hari ke negara itu, yang pertama sejak posisinya dibentuk.

"Saya mendesak pihak berwenang untuk mengakui tantangan hak asasi manusia yang mereka hadapi dan untuk menutup kesenjangan antara kata-kata dan perbuatan mereka," katanya, melansir Reuters 26 Mei.

Lebih jauh Bennett menyatakan keprihatinannya atas akses ke pendidikan, setelah Taliban tidak jadi mengizinkan anak perempuan pergi ke sekolah menengah pada Bulan Maret, serta bulan ini mengumumkan bahwa perempuan harus menutupi wajah mereka, untuk ditegakkan dengan menghukum kerabat laki-laki terdekat mereka.

"Petunjuk tentang maharam (wali laki-laki), penegakan hijab yang ketat dan nasihat yang kuat untuk tinggal di rumah memberi pola pemisahan gender yang mutlak dan membuat perempuan tidak terlihat di masyarakat," kritiknya.

Teprisah, Wakil juru bicara Taliban Inamullah Samangani membantah keprihatinan hak asasi manusia, mengatakan pihak berwenang telah memperhatikan masalah yang disebutkan dan sedang mengerjakan masalah pendidikan menengah anak perempuan.

Selain pembatasan perempuan, Bennett juga menyerukan penyelidikan atas serangan yang menargetkan minoritas agama Syiah dan Sufi di Afghanistan, sebuah tren yang menurutnya memiliki 'ciri-ciri kejahatan terhadap kemanusiaan'.

Diketahui, beberapa bulan terakhir telah terlihat lebih banyak serangan terhadap masjid dan sasaran sipil lainnya, beberapa di antaranya telah diklaim oleh ISIS.

Kelompok gerilyawan itu mengatakan berada di balik tiga ledakan di kota utara Mazar-i-Sharif pada Rabu yang menewaskan sedikitnya 15 orang di daerah-daerah yang didominasi Syiah.

Sementara, ledakan lain, yang tidak diklaim, pada hari yang sama menghancurkan sebuah masjid Sunni di ibu kota Kabul, menewaskan sedikitnya lima orang.