Bagikan:

JAKARTA - Kepala Dinas Lingkungan Hidup Asep Kuswanto menyebut salah satu kendala yang menyebabkan pembangunan ITF Sunter mangkrak karena sulit mendapatkan investor adalah kondisi Jakarta yang sering banjir dan penurunan muka tanah.

Itu sebabnya, calon investor yang sempat digaet, yakni perusahaan pembangkit listrik asal Finlandia, Fortum Power Heat and Oy hengkang dari proyek ITF Sunter.

"Kendala (sulit dapat investor) kayak kondisi rentan banjir, informasi bahwa Jakarta rentan penurunan muka tanah. Mereka kan juga butuh kepastian proyek ini tidak ada hambatan," kata Asep kepada wartawan, Selasa, 24 Mei.

Pembangunan ITF Sunter ternyata tidak mendapat jaminan dari pemerintah pusat atas kesanggupan pinjaman dana dari korporasi keuangan internasional. Fakta ini memang telah disampaikan Pemprov DKI kepada calon investor sebelumnya.

"Memang mencari investor dengan dana investasi yang sangat besar itu membutuhkan kepastian dari proyeknya. Dalam artian kesiapan dari pemerintah, kemudian keyakinan investor bahwa dana yang dia akan investasikan dalam proyek itu akan aman. Ini yang selama ini masih diragukan para investor itu," ungkapnya.

Karena itu, dalam rapat bersama anggota dewan, Senin, 23 Mei, Komisi D DPRD DKI Jakarta menyarankan agar pembangunan ITF Sunter menggunakan dana yang diambil dari APBD lewat penyertaan modal daerah (PMD) kepada BUMD PT Jakpro selaku penggarap proyek.

Menanggapi hal ini, Asep mengaku senang. Sebab, Pemprov DKI tak perlu lagi kesulitan mencari pendanaan dari investor maupun pinjaman lain. Sebagaimana diketahui, DKI sempat berencana meminjam dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) dari pemerintah pusat lewat BUMN PT SMI, namun keinginan ini ditolak DPRD.

"Kami senang sekali kalau memang akan ada support APBD pada pembangunan ITF Sunter itu. Jadi, paling enggak kita bisa memastikan kapan ITF bisa terbangun. Kalau pendanaan dengan APBD dan kita bisa menjaga selama tiga tahun ke depan, alokasi dana tidak terhambat, mudah-mudahan ITF Sunter terbangun," imbuhnya.