JAKARTA - Jelang berakhirnya masa jabatan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, realisasi proyek pembangunan Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter masih belum menemukan titik terang.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto menjelaskan, sebenarnya sudah ada calon investor yang melirik fasilitas pengolahan sampah menjadi sumber energi listrik tersebut.
Karenanya, Asep berharap PT Jakarta Propertindo (Jakpro) selaku BUMD penggarap ITF Sunter untuk segera menyepakati kerja sama dengan mitra investor. Meskipun, target pelaksanaan konstruksi dipastikan kembali molor dari perencanaan sebelumnya.
Terakhir, Pemprov DKI menargetkan Jakpro untuk menjalin kesepakatan dengan mitra pada bulan November mendatang.
"Kalau reschedule (target pembangunan) pasti ada. Memang ini semua kan tergantung dari selesainya Jakpro memilih mitra. Yang kita harapkan, di saat mitra terpilih, kemudian bisa sesegera mungkin dimulai konstruksinya," kata Asep kepada wartawan, Kamis, 6 Oktober.
Asep menjelaskan, saat ini telah ada tiga calon investor yang tertarik menggarap proyek ITF Sunter dengan Jakpro. Dua mitra merupakan perusahaan asal China dan satu mira lainnya dari Eropa.
Ketiga mitra tersebut juga telah mengajukan proposal kerja sama. Kini, Jakpro tengah mengevaluasi materi kesepakatan mulai dari besaran permodalan hingga nominal biaya pengolahan sampah atau tipping fee yang dibayar Pemprov DKI untuk mitra saat ITF Sunter beroperasi.
"Ada tiga calon mitra terpilih yang mengajukan proposal. Proposal itu isinya macam macam, dari teknologinya, permodalannya, kemudian besaran fee-nya yang akan diberikan. Jadi, masing-masing mitra masih mengajukan proposal untuk nanti dievaluasi," urai Asep.
Sebagaimana diketahui, ITF Sunter adalah fasilitas pengolahan sampah berteknologi modern yang menghasilkan tenaga listrik. Jika telah beroperasi, ITF Sunter akan mengolah 2200 ton sampah per hari dan mengurangi 30 persen sampah Jakarta yang setiap harinya dikirim ke TPST Bantargebang.
ITF Sunter didesain mampu memusnahkan dan mereduksi volume sampah 80 persen hingga 90 persen dengan standar emisi Euro 5 dan menghasilkan energi listrik 35 MW/jam.
BACA JUGA:
Gagasan ITF Sunter dimulai sejak tahun 2009 semasa Fauzi Bowo menjabat sebagai Gubernur DKI. Rencana ini dilanjutkan oleh Joko Widodo hingga Basuki Tjahaja Purnama, namun tidak ada realisasinya.
Saat menjabat, Anies Baswedan yang melanjutkan proyek ini sempat melakukan groundbreaking ITF Sunter sejak tahun 2018. Peletakan batu pertama saat itu ternyata hanya sekadar seremonial karena pembangunan konstruksi tetap saja mangkrak.
Dalam perkembangannya, perencanaan pembangunan ITF Sunter akhirnya menggandeng perusahaan pembangkit listrik asal Finlandia, Fortum Power Heat and Oy sebagai investor. Namun, seiring waktu, Fortum angkat kaki dari proyek ITF Sunter karena tidak mendapat kepastian.
Pemprov DKI berencana meminjam uang dari BUMN PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) demi proyek yang memiliki nilai investasi sekitar Rp4 sampai 5 triliun ini bisa terlaksana. Sayangnya, DPRD DKI Jakarta tak mengizinkan, sehingga Jakpro kembali mencari investor untuk ITF Sunter.