JAKARTA - Presiden Zelensky menyebut kawasan Donbas telah dihancur, menilai kawasan tersebut sebagai 'neraka' seiring dengan gencarnya serangan yang dilakukan Rusia.
Sejak berpaling dari ibukota Ukraina, Rusia menggunakan artileri massal dan kendaraan lapis baja untuk mencoba merebut lebih banyak wilayah di Donbas, yang terdiri dari kawasan Donetsk dan Luhansk, yang diklaim Moskow atas nama separatis.
"Para penjajah mencoba untuk memberikan lebih banyak tekanan. Ini adalah neraka di sana, dan itu tidak berlebihan," kata Zelensky dalam pidato Kamis malam, melansir Reuters 20 Mei.
"(Ada) serangan terus-menerus di wilayah Odesa, di kota-kota di Ukraina tengah. Donbas benar-benar hancur," sambungnya.
Moskow menyebut invasinya sebagai "operasi militer khusus" untuk membersihkan Ukraina dari kaum fasis, sebuah pernyataan yang menurut Kyiv dan sekutu Baratnya adalah dalih tak berdasar untuk perang yang tidak beralasan.
Sementara, sebelumnya pasukan Ukraina di benteng pertahanan terakhir Azovstal, Mariupol berangsur-angsur keluar dari kawasan tersebut, meletakkan senjata dan menyerahkan diri setelah bertempur selama 82 hari.
Kemarin, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayjen Igor Konashenkov mengatakan, lebih dari 700 gerilyawan dari batalyon nasionalis Azov Ukraina menyerah dalam 24 jam terakhir.
"Dalam 24 jam terakhir, 771 gerilyawan dari batalyon nasionalis Azov yang bersembunyi di pabrik baja Azovstal menyerah. Secara keseluruhan, 1.730 gerilyawan, termasuk 80 prajurit yang terluka, telah menyerah sejak 16 Mei," jelasnya melansir TASS.
Kamis malam, Sviatoslav Palamar, wakil kepala Resimen Azov yang membela pabrik baja, merilis video berdurasi 18 detik di mana dia mengatakan dia dan komandan lainnya masih berada di wilayah pabrik.
"Operasi tertentu sedang berlangsung, detailnya tidak akan saya ungkapkan," tukasnya.
BACA JUGA:
Diberitakan sebelumnya, Ukraina memuji pasukannya yang bertahan dan membela kota strategis Mariupol selama hampir tiga bulan, menahan gempuran Rusia dan mampu mengubah jalannya peperangan.
Perlawanan yang dilakukan membuat Rusia tidak bisa menggerakkan pasukannya di fornt pertempuran lain, faktor yang diyakini Ukraina menggagalkan kemajuan Rusia di wilayah lain.
"Karena Mariupol menarik pasukan Federasi Rusia selama 82 hari, operasi untuk merebut timur dan selatan (Ukraina) dihentikan. Ini mengubah arah perang," kata penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak.