JAKARTA - Ustaz kondang Abdul Somad (UAS) mengajak semua masyarakat untuk mengalihkan uang belanja ke Singapura untuk wakaf pembangunan Pesantren Nurul Azhar. Hal ini disampaikan UAS setelah dirinya dicekal oleh pihak imigrasi masuk ke Singapura.
"UAS ke Singapura ingin berlibur. Akan kunjungi berbagai tempat objek wisata, akan makan, menginap, belanja, mengeluarkan dana untuk kebaikan ekonomi Singapura. Tapi Singapura ternyata tolak UAS," ucap UAS dilansir dari akun Instgaram centang biru miliknya @ustadzabdulsomad_official, Rabu, 18 Mei.
Dalam unggahan Instagram tersebut, juga ditampilkan kondisi pasantren target wakaf sedang dalam proses pembangunan.
"Hari ini kita barangkali tidak perlu gunakan uang kita untuk belanja ke Singapura, dananya bisa dialihkan untuk berwakaf bersama UAS untuk selesaikan pembangunan Pesantren Nurul Azhar & Preschool dan Kindergarten Nurul Azhar Yayasan Tabung Wakaf Umat," tulis akun tersebut.Sebelumnya, Dubes Indonesia untuk Singapura Suryopratomo menyebut UAS bukan dideportasi, tetapi ditolak masuk."Beliau tidak dideportasi tetapi tidak mendapatkan izin untuk masuk Singapura. Jadi diminta kembali ke Indonesia,” kata Suryopratomo, Selasa, 17 Mei.
Hanya saja soal alasan, dia menjelaskan, pihaknya tidak bisa mengungkapkan dan melempar pertanyaan ke Kedutaan Besar (Kedubes) Singapura di Jakarta.
“Kalau alasannya yang tepat mungkin tanyakan kepada Kedubes Singapura di Jakarta. Karena mereka yang lebih berhak menjelaskan alasannya,” imbuh Suryopratomo.
BACA JUGA:
Sementara itu otoritas Singapura memberikan penjelasan menganai alasan penolakan UAS yang diterbitkan pada Selasa, 17 Mei. Berikut alasannya.
1. Kementerian Dalam Negeri (MHA) mengkonfirmasi bahwa pendakwah Indonesia Abdul Somad Batubara (Somad) tiba di Terminal Feri Tanah Merah Singapura pada 16 Mei 2022 dari Batam dengan enam teman perjalanan. Somad diwawancarai, setelah itu kelompok tersebut ditolak masuk ke Singapura dan ditempatkan di feri kembali ke Batam pada hari yang sama.
2. Somad dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tidak dapat diterima di masyarakat multi-ras dan multi-agama Singapura. Misalnya, Somad telah mengkhotbahkan bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi “syahid”. Dia juga membuat komentar yang merendahkan anggota komunitas agama lain, seperti Kristen, dengan menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal “jin (roh/setan) kafir”. Selain itu, Somad secara terbuka menyebut non-Muslim sebagai “kafir” (kafir).
3. Masuknya pengunjung ke Singapura bukanlah otomatis atau hak. Setiap kasus dinilai berdasarkan kemampuannya sendiri. Sementara Somad berusaha memasuki Singapura dengan pura-pura untuk kunjungan sosial, Pemerintah Singapura memandang serius siapa pun yang menganjurkan kekerasan dan/atau mendukung ajaran ekstremis dan segregasi. Somad dan teman perjalanannya ditolak masuk ke Singapura.