Dicap Penceramah Ekstremis Bikin UAS Diusir Singapura, Pegiat Medsos: Betapa Bebasnya Ceramah di Indonesia?
Ustaz Abdul Somad alias UAS. (Instagram @ustadzabdulsomad_official)

Bagikan:

JAKARTA - Alasan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Singapura melarang Ustaz Abdul Somad alias UAS masuk negaranya lantaran konten ceramah. UAS dianggap kerap memberikan ceramah yang merendahkan dan mengkafirkan penganut agama lain.

Berkaca dengan apa yang dihadapi UAS, pegiat media sosial Yusuf Muhammad menilai konten ceramah di Indonesia berarti terlalu bebas. Pasalnya banyak ceramah di Tanah Air isinya mencaci maki tetapi digandrungi.

"Baru sadar drun, betapa bebasnya ceramah di Indonesia?" kata Yusuf lewat akun Twitternya, @yusuf_dumdum, Kamis, 18 Mei.

Menurut Yusuf, ceramah bersinggungan dengan ujaran kebencian maupun provokasi yang masih banyak disampaikan dalam kegiatan keagaamaan di Tanah Air memiliki massa tersendiri. Yusuf menyebut massa itu sebagai kadrun.

"Kalau maki-maki agama lain dan maki-maki presiden malah semakin laku di Indonesia. Soalnya banyak populasi kadrunnya," ujarnya.

Seperti diketahui, Kemedagri Singapura melarang UAS masuk negaranya pada Senin, 16 Mei. UAS ditolak masuk bersama rombongan yang seluruhnya berjumlah tujuh orang saat tiba di Pelabuhan Tanah Merah Singapura.

Kemendagri Singapura dalam pernyataannya menyebutkan UAS dianggap menganut ajaran ekstremis sehingga tak diizinkan masuk Singapura.

"Somad dikenal sebagai penceramah ekstremis dan mengajarkan segregasi," bunyi pernyataan Kemendagri Singapura dalam situs resminya, dikutip Rabu 18 Mei.

Alasan lain yang mendasari penolakan lantaran UAS pernah membuat ceramah bom bunuh diri yang ternyata tidak ditolerir oleh Kemendagri Singapura.

"Seperti Somad menyampaikan khotbah bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi syahid," sambung pernyataan.

Kemendagri Singapura juga mencatat rekam jejak ceramah UAS yang merendahkan penganut agama lain sehingga menjadi alasan tidak boleh masuk Singapura.

"Dengan menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal jin kafir. Selain itu, Somad secara terbuka menyebut non-Muslim sebagai orang kafir," lanjut pernyataan.

"Masuknya seorang pengunjung ke Singapura bukanlah otomatis atau hak. Setiap kasus dinilai. Sementara Somad berusaha memasuki Singapura dengan pura-pura untuk kunjungan sosial. Pemerintah Singapura memandang serius siapa pun yang menganjurkan kekerasan dan/atau mendukung ajaran ekstremis dan segregasi. Somad dan teman perjalanannya ditolak masuk ke Singapura," demikian pernyataan Kemendagri Singapura.