JAKARTA - Hubungan PKB dan PBNU menghangat usai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menyebut omongan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf tak akan berpengaruh pada Pilpres 2024 mendatang. Sebab menurut Cak Imin, PKB memiliki 13 juta suara pemilih solid.
Lantas, apakah suara warga Nahdliyin bakal rusak lantaran ada perseteruan Cak Imin dengan ketua PBNU?
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, mengatakan hubungan PKB dan PBNU memang sangat erat pada kepengurusan lalu. Di mana, PBNU dipimpin oleh Said Aqil Siradj.
"Tapi kepengurusan yang baru ini, sedang tidak bagus, tidak baik katakanlah makin tegang, makin berseteru," ujar Ujang kepada VOI, Selasa, 10 Mei.
Kendati demikian, Ujang melihat Cak Imin cukup percaya diri dengan basis massanya saat ini. Bahkan dia menyebut 13 juta suara pemilih PKB sudah cukup menghantarkannya pada pencapresan.
"Cak Imin pede karena sudah dua puluh tahun memegang PKB. Sudah lama maka dia tahu suara PKB di mana-mana. Jadi mungkin dalam konteks tidak ada dukungan dari PBNU pun, Cak Imin masih percaya diri untuk mendapatkan kurang lebih 13 juta suara bagi PKB," jelas Ujang.
"Ya mungkin, sudah punya basis suara yang dirawat PKB sejak lama," imbuh dia.
BACA JUGA:
Ujang menilai, jika Cak Imin mampu menjaga dan merawat basis suara warga Nahdliyin hingga Pemilu Serentak 2024, maka PKB bisa aman dalam pesta demokrasi lima tahunan. Namun, jika tidak dijaga bisa jadi suara warga Nahdliyin akan rusak dan lari.
"Kelihatannya kalau dirawat tidak (rusak, red) ya, biasanya kalau dirawat itu kan dikasih bantuan, dijaga, biasanya seperti. Kalau anggota DPR-nya turun di dapil masing-masing kalau dijaga, dirawat, saya rasa tidak akan lari. Tapi kalau tidak dijaga ya lari," pungkas Ujang.