JAKARTA - Hubungan PKB dan PBNU kian memanas usai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menyebut omongan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf tak akan berpengaruh pada Pilpres 2024 mendatang. Sebab menurut Cak Imin, PKB memiliki 13 juta suara pemilih solid.
Pernyataan Cak Imin tersebut menimbulkan beragam persepsi. Ada yang menyebut membahayakan Cak Imin karena bisa tak didukung NU, namun ada pula yang menilai suara warga Nahdliyin tak akan hilang jika ketum PKB itu mampu menjaganya.
Lantas, bagaimana analisa pengamat soal dampak pernyataan Cak Imin terhadap dukungan PBNU ke PKB?
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, menilai perseteruan Cak Imin dengan PBNU akan merugikan dirinya sebagai ketum dan PKB.
Menurutnya, Cak Imin dan PKB akan dijauhi warga Nahdliyin, yang mayoritas merupakan basis massanya. Jika hal ini terjadi, kata Jamiluddin, elektabilitas Cak Imin dan PKB akan menurun.
"Ini tentu akan berbahaya bagi Cak Imin dalam upayanya menjadi capres dan peluang suara PKB akan menurun pada Pileg 2024," ujar Jamiluddin kepada VOI, Selasa, 10 Mei.
Lebih berbahaya lagi, lanjutnya, bila warga Nahdliyin yang kecewa kepada Cak Imin bersatu dengan Gusdurian. Mereka, akan menjadi kekuatan untuk menggembosi Cak Imin dan PKB.
"Bahkan tak menutup kemungkinan kekuatan itu dapat mendongkel Cak Imin dari orang nomor satu di PKB. Kalau ini terjadi, maka posisi Cak Imin sebagai Ketua Umum PKB tentu dalam berbahaya," kata Jamiluddin.
BACA JUGA:
Jamiluddin menilai, kondisi tersebut akan membuat elektabilitas Cak Imin turun. Kecilnya elektabilitas Cak Imin, kata dia, akan membuat dirinya tidak dilirik oleh partai lain.
"Jadi, kecilnya elektabilitas Cak Imin karena ia tak mampu mengelola warga Nahdliyin. Ia juga tak mampu merangkul Gusdurian," katanya.
"Celakanya lagi, justru ia berseteru dengan PBNU. Lengkapnya catatan minor Cak Imin bagi warga Nahdliyin. Semua ini tentu menjadi penyebab sulitnya elektabilitas Cak Imin dikerek," pungkas Jamiluddin Ritonga.
Sementara, Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, mengatakan hubungan PKB dan PBNU memang sangat erat pada kepengurusan lalu. Di mana, PBNU dipimpin oleh Said Aqil Siradj.
"Tapi kepengurusan yang baru ini, sedang tidak bagus, tidak baik katakanlah makin tegang, makin berseteru," ujar Ujang kepada VOI, Selasa, 10 Mei.
Kendati demikian, Ujang melihat Cak Imin cukup percaya diri dengan basis massanya saat ini. Bahkan dia menyebut 13 juta suara pemilih PKB sudah cukup menghantarkannya pada pencapresan.
"Cak Imin pede karena sudah dua puluh tahun memegang PKB. Sudah lama maka dia tahu suara PKB di mana-mana. Jadi mungkin dalam konteks tidak ada dukungan dari PBNU pun, Cak Imin masih percaya diri untuk mendapatkan kurang lebih 13 juta suara bagi PKB," jelas Ujang.
"Ya mungkin, sudah punya basis suara yang dirawat PKB sejak lama," tambahnya.
Ujang menilai, jika Cak Imin mampu menjaga dan merawat basis suara warga Nahdliyin hingga Pemilu Serentak 2024, maka PKB bisa aman dalam pesta demokrasi lima tahunan. Namun, jika tidak dijaga bisa jadi suara warga Nahdliyin akan rusak dan lari.
"Kelihatannya kalau dirawat tidak (rusak, red) ya, biasanya kalau dirawat itu kan dikasih bantuan, dijaga, biasanya seperti. Kalau anggota DPR-nya turun di dapil masing-masing kalau dijaga, dirawat, saya rasa tidak akan lari. Tapi kalau tidak dijaga ya lari," pungkas Ujang.
PKB: Ucapan Cak Imin Hanya untuk Semangati Kader
Ketua DPP PKB Daniel Johan, turut menanggapi pernyataan ketua umumnya, Muhaimin Iskandar, yang menyebut omongan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf tak berpengaruh bagi terhadap soliditas 13 juta suara PKB.
Daniel mengatakan, pernyataan Cak Imin tak bermaksud menyinggung PBNU, namun hanya sebagai penyemangat bagi kader PKB.
"Itu lebih menyemangati kader untuk terus bersama dan memperkuat grassroot di bawah. Tidak ada yang khusus," ujar Daniel Johan kepada wartawan, Selasa, 10 Mei.
Menurutnya, peran PBNU tetap penting bagi PKB dalam pemilihan suara di Pemilu 2024 bahkan untuk bangsa dan negara.
"NU bukan hanya penting untuk PKB, bahkan ikut menentukan negara dan bangsa ini," kata anggota DPR dapil Kalimantan Barat itu.
Daniel juga membantah adanya ketegangan antara PKB dan PBNU sebagai buntut ucapan Cak Imin. PKB dan PBNU, kata dia, akan terus beriringan karena kader PKB mengalir darah NU.
"Seperti biasa baik-baik saja, kader PKB begitu melek mata yang dipikirkan juga NU. PKB akan terus bergandengan tangan dengan NU, karena NU itu sudah menjadi darah dan daging kader PKB," kata Daniel.
"Bahkan guyonan yang populer di PKB itu bahwa 'sebelum lahir sudah NU'," imbuhnya.
Diketahui sebelumnya, Ketum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengungkapkan soal 13 juta pemilih loyal PKB pada wawancara sebuah acara televisi yang ditayangkan pada Senin, 9 Mei. Cak Imin menilai, 13 juta suara itu bisa menjadi modal dirinya maju Pilpres 2024.
"Planning PKB memang dengan konstituen yang sangat solid pasti fix kita punya modal suara 13 juta sangat loyal," ungkap Cak Imin.
"Di survei semua lembaga survei pemilih PKB adalah loyal. Solid sekali. Sampai ke bawah," imbuhnya.
Saking solidnya, Cak Imin menyebut bahwa ucapan Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf tidak berpengaruh terhadap loyalitas 13 juta suara PKB tersebut.
"Bahkan Yahya Cholil Ketua Umum PBNU ngomong apa aja terhadap PKB nggak ngaruh sama sekali, coba di survei, survei terakhir. Itu menunjukkan bahwa kesolidan ini modal dan saya lihat modal ini semakin besar kalau saya nyapres," kata Cak Imin.