JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengecek kondisi peserta demo menolak UU Cipta Kerja yang diamankan polisi di Polda Metro Jaya. Riza menyesalkan aksi yang berujung kericuhan ternyata juga diikuti oleh pelajar sekolah.
"Lebih dari 60 persen, ternyata usianya di bawah 19 tahun atau statusnya pelajar, bukan mahasiswa apalagi buruh," kata Riza di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Jumat, 9 Oktober.
Riza menganggap pelajar yang ikut unjuk rasa tidak mengetahui substansi dan poin Undang-Undang Cipta Kerja yang menjadi penolakan sejumlah masyarakat.
"Untuk itu, kami minta adik-adikku yang saya cintai, tidak usah ikut-ikut. Kalau tidak mengetahui, harus hati-hati. Nanti berbahaya. Kalau di jalan nanti ada kerusuhan, ada keramaian, tawuran, perkelahian, nanti kena batu, dan sebagainya," jelas Riza.
"Adik-adik pelajar, saran saya, ya belajar. Urusan demo itu biarlah bagi mereka yang sudah dewasa, urusan buruh dan mahasiswa," ungkap Riza.
BACA JUGA:
Demo menolak pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja yang digelar di Jakarta, Kamis, 8 Oktober, berakhir ricuh. Bentrokan antara peserta aksi dan aparat kepolisian tak terhindarkan.
Tercatat, ada sekitar 34 fasilitas umum yang dirusak massa perusuh saat demonstrasi menolak pengesahan Undang-Undang Cipta. Puluhan fasilisitas yang dirusak antara lain pos polisi dan halte. Sedikitnya, kerugian akibat perusakan mencapai Rp55 miliar.
Sebanyak 74 unit armada dan 1.100 personel dikerahkan untuk melakukan pengangkutan sampah di lokasi-lokasi terjadinya aksi massa. Sampah sisa aksi unjuk rasa di Jakarta terkumpul 398 ton, di ataranya adalah puing, pecahan kaca, hingga sisa bungkus makanan dan botol minuman.