Rupiah Dibuka Menguat Menanti Ketidakpastian Pemulihan Ekonomi AS
Ilustrasi. (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka menguat pada perdagangan Selasa 29 September. Rupiah dibuka menguat 25 poin ke level Rp14.875 per dolar Amerika Serikat (AS).

Meski dibuka menguat, Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan, rupiah masih dalam tekanan karena kekhawatiran pasar terhadap perlambatan pemulihan ekonomi di Indonesia. 

"Kekhawatiran ini masih bisa menjadi sentimen negatif untuk pergerakan rupiah hari ini," ujar Ariston kepada VOI.

Tapi di sisi lain, kata dia, dolar AS yang mulai tertekan sejak kemarin bisa menjadi pendorong penguatan rupiah.

"Pelemahan dolar AS dipicu oleh kelanjutan rencana stimulus paket dua AS dengan proposal terbaru senilai 2,2 triliun dolar AS dari Partai Demokrat yang akan dirundingkan dengan Republik. Stimulus AS ini akan membantu pemulihan ekonomi di AS dan memberikan sentimen positif ke pasar aset berisiko," paparnya.

Ariston menuturkan, rupiah berpotensi berbalik menguat bila sentimen pelemahan dolar AS berlanjut.

"Potensi di kisaran Rp14.800-14.950 per dolar AS," tuturnya.

Sementara Direktur PT TRFX Garuda Berjangka brahim Assuaibi, memperkirakan rupiah akan melanjutkan pelemahan pada perdagangan hari ini, Menurutnya, fokus pelaku pasar masih tertuju pada perkembangan rencana stimulus untuk pemulihan ekonomi AS.

Beberapa investor sekarang mengharapkan Kongres AS untuk meloloskan paket stimulus apapun, yang dipandang penting untuk mendukung ekonomi yang dilanda pandemi, sebelum pemilihan. 

Investor juga menunggu banyak data karena akhir bulan semakin dekat. Misal, China akan merilis Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur dan non-manufaktur, serta PMI manufaktur Caixin, pada hari Rabu. 

Dari dalam negeri, Ibrahim menilai pemberlakuan pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) di berbagai daerah yang diminta Presiden Joko Widodo akan turut memantik daya beli masyarakat. PSBM dinilai lebih efektif ketimbang pembatasan sosial berskala besar (PSBB). 

"PSBB berskala mikro akan menambah dan meningkatkan daya beli masyarakat kembali berjalan karena tidak adanya pembatasan di tempat-tempat yang berbasis ekonomi seperti pasar, mall, restoran dan cafe dan ini bisa diterapkan di DKI Jakarta ke depan," ujar Ibrahim.