JAKARTA - Indonesia akan tetap mengundang Rusia untuk hadir dalam KTT G20 yang akan dihelat pada akhir Oktober nanti, di tengah derasnya kritik atas invasi ke Ukraina.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva dalam keteranganmya kemarin di Jakarta mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin direncanakan menghadiri KTT G20 di Bali.
Dia mengapresiasi posisi Pemerintah Indonesia sebagai Presidensi G20, di tengah adanya permintaan untuk tidak mengundang Rusia hadir.
Mengenai hal ini, Staf Khusus untuk Penguatan Program-program Prioritas Kementerian Luar Negeri, sekaligus Co-Sherpa G20 Dian Triansyah Djani mengatakan, Indonesia akan tetap mengundang Rusia.
"Sebagai presidensi dan sesuai presidensi sebelumnya, Indonesia mengundang semua anggota," ujarnya dalam keterangan pers virtual Kamis 24 Maret.
Dijelaskan olehnya, Indonesia dalam berbagai kesempatan memimpin organisasi dan forum internasional di dunia, selalu berpegang pada aturan dan prosedur yang berlaku.
"Salah satu tugas presidensi, berkonsultasi dengan semua anggota. Ibu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan juga dan lainnya mengadakan konsultasi dengan semua pihak secara bilateral," jelasnya.
"Posisi kita jelas, kita akan melaksanakan tugas. Kami tidak akan mengomentari komentar orang lain," tukasnya.
Terlepas dari invasi Rusia ke Ukraina, menurutnya tidak kalah penting untuk fokus pada global recovery setelah COVID-19, karena dunia belum benar-benar keluar dari krisis dan pandemi, khususnya untuk negara-negara berkembang.
Diberitakan sebelumnya, Amerika Serikat dan sekutu Baratnya sedang menilai, apakah Rusia harus tetap berada dalam Kelompok Dua Puluh ekonomi utama setelah invasi ke Ukraina, sumber yang terlibat dalam diskusi mengatakan kepada Reuters.
Tetapi, setiap langkah untuk mengecualikan Rusia mungkin akan diveto oleh negara lain dalam kelompok itu, meningkatkan prospek beberapa negara alih-alih melewatkan pertemuan G20, kata sumber tersebut.
"Ada diskusi tentang apakah pantas bagi Rusia untuk menjadi bagian dari G20. Jika Rusia tetap menjadi anggota, itu akan menjadi organisasi yang kurang berguna," sebut sumber senior G7.
SEE ALSO:
Adapun China, yang tidak mengutuk invasi Rusia dan mengkritik sanksi Barat, membela Moskow pada Rabu, menyebut Rusia sebagai "anggota penting" G20.
G20 adalah kelompok yang perlu menemukan jawaban atas isu-isu kritis, seperti pemulihan ekonomi dari pandemi COVID-19, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin.
"Tidak ada anggota yang memiliki hak untuk memberhentikan negara lain sebagai anggota. G20 harus menerapkan multilateralisme yang nyata, memperkuat persatuan dan kerja sama," tegasnya dalam jumpa pers.
Terbaru, PM Australia Scott Morrison hari ini menyatakan kekhawatirannya terkait dengan rencana Presiden Rusia Vladimir Putin yang akan menghadiri KTT G20 di Indonesia.
"Gagasan untuk duduk di sekitar meja dengan Vladimir Putin, yang Amerika Serikat sudah dalam posisi menyerukan (untuk) kejahatan perang di Ukraina, bagi saya adalah langkah yang terlalu jauh," sebut PM Morrison.