JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Indonesia akan mendalami perkembangan terkait seputar rencana kehadiran Rusia dan Presiden Vladimir Putin, dalam KTT G20 di Bali akhir Oktober mendatang.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan Ukraina harus diizinkan hadir dalam KTT G20 di Bali, jika Indonesia selaku Presidensi G20 dan negara lainnya tidak menyetujui penghapusan Rusia.
Terkait hal ini, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia akan mendalami perkembangan yang terjadi.
"Akan didalami terlebih dahulu perkembangan ini," ujar Juru Bicara Kemlu RI Teuku Faizasyah saat dikonfirmasi VOI, Jumat 25 Maret.
Sebelumnya, Indonesia akan tetap mengundang Rusia untuk hadir dalam KTT G20 yang akan dihelat pada akhir Oktober nanti, di tengah derasnya kritik atas invasi ke Ukraina.
Staf Khusus untuk Penguatan Program-program Prioritas Kementerian Luar Negeri, sekaligus Co-Sherpa G20 Dian Triansyah Djani mengatakan, Indonesia akan tetap mengundang Rusia.
"Sebagai presidensi dan sesuai presidensi sebelumnya, Indonesia mengundang semua anggota," ujarnya dalam keterangan pers virtual Kamis kemarin.
Dijelaskan olehnya, Indonesia dalam berbagai kesempatan memimpin organisasi dan forum internasional di dunia, selalu berpegang pada aturan dan prosedur yang berlaku.
"Salah satu tugas presidensi, berkonsultasi dengan semua anggota. Ibu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan juga dan lainnya mengadakan konsultasi dengan semua pihak secara bilateral," jelasnya.
"Posisi kita jelas, kita akan melaksanakan tugas. Kami tidak akan mengomentari komentar orang lain," tandasnya.
Untuk diketahui, negara anggota G20 meliputi, AS, Australia, Argentina, Brasil, China, Kanada, Uni Eropa, Jerman, Prancis, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki dan Inggris
BACA JUGA:
Diberitakan sebelumnya, Presiden Biden menilai Rusia harus dikeluarkan dari organisasi ekonomi utama Kelompok Dua Puluh (G20), topik yang diangkat selama pertemuannya dengan para pemimpin dunia di Brussel pada Kamis pagi.
"Jawaban saya adalah ya, tergantung pada G20," kata Biden, ketika ditanya apakah Rusia harus dikeluarkan dari grup tersebut, melansir Reuters.
Presiden Biden juga mengatakan, jika negara-negara seperti Indonesia dan lainnya tidak setuju dengan penghapusan Rusia, maka dalam pandangannya, Ukraina harus diizinkan untuk menghadiri pertemuan tersebut.
Amerika Serikat dan sekutu Baratnya sedang menilai, apakah Rusia harus tetap berada dalam Kelompok Dua Puluh ekonomi utama setelah invasi ke Ukraina, sumber yang terlibat dalam diskusi mengatakan.
Tetapi, setiap langkah untuk mengecualikan Rusia mungkin akan diveto oleh negara lain dalam kelompok itu, meningkatkan prospek beberapa negara alih-alih melewatkan pertemuan G20, kata sumber tersebut.
"Ada diskusi tentang apakah pantas bagi Rusia untuk menjadi bagian dari G20. Jika Rusia tetap menjadi anggota, itu akan menjadi organisasi yang kurang berguna," sebut sumber senior G7.