Bagikan:

JAKARTA - Presiden Volodymyr Zelensky pada Hari Minggu meminta Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Pemimpin China Xi Jinping, untuk menghadiri pertemuan puncak yang membahas perdamaian konflik Ukraina dengan Rusia yang sudah berjalan selama 27 bulan.

Ukraina berharap dapat menjadi tuan rumah bagi sebanyak mungkin negara, dalam perundingan untuk menyatukan opini global tentang cara menghentikan perang, serta memberikan tekanan pada Presiden Rusia Vladimir Putin, yang akan digelar di Swiss bulan depan.

Berbicara dalam video berbahasa Inggris yang direkam di Kota Kharkiv, Presiden Zelensky mengatakan, lebih dari 80 negara akan hadir.

Namun tidak jelas apakah Presiden Biden akan hadir di sana, sedangkan Beijing, yang memiliki hubungan dekat dengan Moskow, belum mengatakan apakah mereka akan hadir.

"Saya menghimbau kepada para pemimpin dunia yang masih mengesampingkan upaya global KTT Perdamaian Global, kepada Presiden Biden, pemimpin Amerika Serikat, dan kepada Presiden Xi, pemimpin Tiongkok," kata Presiden Zelensky, melansir Reuters 26 Mei.

"Tolong, tunjukkan kepemimpinan Anda dalam memajukan perdamaian, perdamaian yang sesungguhnya dan bukan hanya jeda di antara serangan," sambungnya.

Presiden Zelensky menambahkan, pertemuan puncak itu akan "menunjukkan siapa di dunia ini yang benar-benar ingin mengakhiri perang".

Kyiv, dalam proposal perdamaiannya menyerukan penarikan penuh pasukan Rusia dan pemulihan perbatasan yang diakui secara internasional, sesuatu yang Moskow anggap sebagai hal yang tidak bisa dilakukan.

Pekan lalu, sumber-sumber Rusia mengatakan kepada Reuters, Presiden Vladimir Putin siap menghentikan perang di Ukraina dengan negosiasi gencatan senjata yang mengakui garis medan perang saat ini.

Menanggapi hal ini, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan, pemimpin Rusia "mencoba menggagalkan" acara di Swiss karena dia "takut akan keberhasilannya".

"Kelompoknya mengirimkan sinyal palsu tentang dugaan kesiapan untuk gencatan senjata meskipun faktanya pasukan Rusia terus menyerang Ukraina secara brutal sementara rudal dan pesawat tak berawak mereka menghujani kota-kota dan masyarakat Ukraina," tulis Menlu Kuleba di X.

Swiss pada Bulan Januari mengatakan akan menjadi tuan rumah KTT tersebut atas permintaan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Itu di dasarkan pada formula perdamaian Presiden Zelensky dan proposal perdamaian lainnya berdasarkan Piagam PBB dan prinsip-prinsip utama hukum internasional.

Delegasi yang diundang termasuk anggota G7, G20, kelompok BRICS, Uni Eropa, organisasi internasional hingga perwakilan agama, kata Swiss.

Rusia sendiri sebelumnya mengatakan, pertemuan mengenai konflik Ukraina tanpa melibatkan pihaknya tidak akan ada manfaatnya.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, perundingan mengenai penyelesaian konflik Ukraina tanpa partisipasi Rusia tidak untuk mencapai hasil.

"Kami tidak mengerti tonggak sejarah seperti apa konferensi perdamaian ini. Konferensi serius seperti apa dengan harapan yang serius, hasil seperti apa yang bisa kita bicarakan tanpa partisipasi Rusia? Itu benar-benar mustahil," katanya saat ditanya mengenai konferensi yang bakal digelar Swiss, dikutip dari TASS.

"Ini adalah jenis inisiatif yang tidak dirancang untuk hasil," tambah Peskov.

Dia menunjukkan, posisi Rusia dalam perundingan perdamaian sudah diketahui dengan baik.

"Posisi Rusia konsisten, sangat transparan, telah diulang berkali-kali dan ditegaskan oleh presiden kami," jelasnya.

Sedangkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova mengatakan, Rusia tidak akan berpartisipasi dalam konferensi mengenai Ukraina di Swiss, yang direncanakan pada Bulan Juni, atau dalam acara-acara lain mengenai 'formula perdamaian' usulan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

"Penyelenggara konferensi dari Swiss secara terbuka memutarbalikkan fakta. Rusia tidak akan berpartisipasi dalam pertemuan yang disebut KTT di Swiss, atau pada dasarnya dalam acara apa pun yang mempromosikan 'formula Zelensky' yang mirip ultimatum. Bahkan jika kami akan terus diundang ke forum-forum seperti itu," kata Zakharova, mengomentari pernyataan Swiss, pada tahap ini Rusia tidak diundang ke 'konferensi perdamaian' pada Bulan Juni.

Lebih jauh diplomat tersebut menekankan, Swiss tidak dapat berfungsi sebagai platform untuk dialog penyelesaian.

"Negara ini telah kehilangan status netralnya, kemampuannya untuk menjadi mediator. Negara ini telah berpihak pada rezim Kyiv, secara aktif mendukungnya, mengambil posisi anti-Rusia, menjatuhkan sanksi terhadap kami, mengadopsi strategi yang mengecualikan Rusia dari sistem keamanan Eropa," jelas Zakharova.