JAKARTA - Amerika Serikat secara diam-diam mengirimkan rudal jarak jauh ke Ukraina untuk digunakan dalam pertempuran melawan Rusia dalam beberapa pekan terakhir, sudah dua kali digunakan dalam serangan, kata seorang pejabat Hari Rabu.
Rudal-rudal tersebut termasuk dalam paket bantuan militer senilai 300 juta dolar AS untuk Ukraina yang disetujui oleh Presiden AS Joe Biden pada 12 Maret, kata pejabat AS yang tidak mau disebutkan namanya, tanpa menyebutkan berapa banyak rudal yang dikirim.
Penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan dalam pengarahan kepada wartawan, membenarkan "sejumlah besar" rudal telah dikirim ke Ukraina dan mengatakan "kami akan mengirimkan lebih banyak lagi," melansir Reuters 25 April.
Dia mengatakan, Ukraina telah berkomitmen untuk hanya menggunakan senjata di wilayah Ukraina, bukan di Rusia.
Beberapa dari rudal tersebut dimasukkan dalam paket senjata senilai 1 miliar dolar AS untuk Ukraina yang disetujui Presiden Joe Biden pada Hari Rabu, kata Sullivan.
Rudal-rudal tersebut digunakan untuk pertama kalinya pada dini hari tanggal 17 April, diluncurkan ke sebuah lapangan terbang Rusia di Krimea yang berjarak sekitar 165 km (103 mil) dari garis depan Ukraina, kata pejabat tersebut.
Pejabat itu mengatakan Ukraina menggunakan senjata itu untuk kedua kalinya dalam semalam melawan pasukan Rusia di Ukraina tenggara.
Pengiriman Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) dengan jangkauan hingga 300 km telah menjadi bahan perdebatan dalam Pemerintahan Presiden Biden selama berbulan-bulan. Sebelumnya, ATACMS kelas menengah dipasok September lalu.
Pentagon awalnya menentang pengerahan rudal jarak jauh, karena khawatir hilangnya rudal dari persediaan Amerika akan mengganggu kesiapan militer AS. Ada juga kekhawatiran bahwa Ukraina akan menggunakannya untuk menyerang sasaran yang jauh di wilayah Rusia.
Penggunaan rudal balistik jarak jauh yang dipasok Korea Utara terhadap Ukraina pada Bulan Desember dan Januari, meskipun ada peringatan dari AS dan pihak swasta untuk tidak melakukan hal tersebut, membuat Rusia berubah pikiran, ujar pejabat AS tersebut.
Salah satu faktor dalam pengambilan keputusan AS adalah penargetan Rusia terhadap infrastruktur penting Ukraina, kata pejabat itu.
"Kami memperingatkan Rusia tentang hal-hal itu,” kata pejabat itu.
"Mereka memperbarui sasarannya," tandasnya.
Pada akhir Bulan Januari, militer AS menemukan cara untuk memuaskan kekhawatiran mereka mengenai kesiapan militer, yang memungkinkan pemerintah untuk bergerak maju. Mereka mulai memperoleh rudal baru yang berasal dari Lockheed-Martin.
Presiden Biden bertemu dengan tim keamanan nasionalnya pada pertengahan Februari dan setuju untuk menerima rekomendasi bulat dari para penasihatnya untuk mengirim rudal ke Ukraina. Yang terlibat dalam diskusi tersebut adalah penasihat keamanan nasional Jake Sullivan, Menteri Pertahanan Lloyd Austin, Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal C.Q. Brown.
BACA JUGA:
Tantangannya pada saat itu adalah mencari cara untuk membayar rudal tersebut. Amerika Serikat telah kehabisan semua pilihan pendanaannya dan kemacetan kongres menghalangi bantuan lebih lanjut.
Sebuah peluang muncul pada Bulan Maret, ketika beberapa kontrak Pentagon masuk dalam penawaran. Presiden Biden dapat menggunakan selisihnya untuk mengirimkan bantuan sebesar 300 juta dolar AS ke Ukraina.
Presiden Biden mengatakan kepada timnya untuk memasukkan ATACMS jangka panjang ke dalam paket pendanaan ini, namun melakukannya secara diam-diam demi menjaga keamanan operasional dan unsur kejutan bagi Ukraina, kata pejabat itu.