Bagikan:

JAKARTA - Korea Utara mengkritik keputusan Amerika Serikat untuk memasok rudal jarak jauh untuk Ukraina, mengatakan itu tidak bisa mengalahkan Rusia, lapor media pemerintah mengutip pernyataan Kementerian Pertahanan Hari Senin.

Amerika Serikat dalam beberapa minggu terakhir secara diam-diam mengirimkan rudal-rudal jarak jauh ke Ukraina untuk digunakan dalam pertempurannya melawan penjajah Rusia, seorang pejabat AS mengatakan pada tanggal 24 April.

Direktur Departemen Urusan Militer Luar Negeri Kementerian Pertahanan Nasional Korea Utara dalam sebuah pernyataan Hari Minggu mengatakan: "AS secara diam-diam telah memasok rudal jarak jauh ke Ukraina, yang memicu kegelisahan dan kekhawatiran masyarakat internasional," melansir Reuters 29 April.

"AS tidak akan pernah bisa mengalahkan tentara dan rakyat Rusia yang heroik dengan persenjataan atau dukungan militer terbaru apa pun," sambung direktur tersebut.

Hubungan militer antara Pyongyang dan Moskow semakin meningkat yang dilihat oleh AS dan sekutunya sebagai peningkatan ketegangan di Semenanjung Korea.

Diberitakan sebelumnya, Amerika Serikat secara diam-diam mengirimkan rudal jarak jauh ke Ukraina untuk digunakan dalam pertempuran melawan Rusia dalam beberapa pekan terakhir, sudah dua kali digunakan dalam serangan, kata seorang pejabat pekan lalu.

Rudal-rudal tersebut termasuk dalam paket bantuan militer senilai 300 juta dolar AS untuk Ukraina yang disetujui oleh Presiden AS Joe Biden pada 12 Maret, kata pejabat AS yang tidak mau disebutkan namanya, tanpa menyebutkan berapa banyak rudal yang dikirim.

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan dalam pengarahan kepada wartawan, membenarkan "sejumlah besar" rudal telah dikirim ke Ukraina dan mengatakan "kami akan mengirimkan lebih banyak lagi."

Dia mengatakan, Ukraina telah berkomitmen untuk hanya menggunakan senjata di wilayah Ukraina, bukan di Rusia.

Rudal-rudal tersebut digunakan untuk pertama kalinya pada dini hari tanggal 17 April, diluncurkan ke sebuah lapangan terbang Rusia di Krimea yang berjarak sekitar 165 km (103 mil) dari garis depan Ukraina, kata pejabat tersebut. Pejabat itu mengatakan, Ukraina menggunakan senjata itu untuk kedua kalinya dalam semalam melawan pasukan Rusia di Ukraina tenggara.

Pentagon awalnya menentang pengerahan rudal jarak jauh, karena khawatir hilangnya rudal dari persediaan Amerika akan mengganggu kesiapan militer AS. Ada juga kekhawatiran bahwa Ukraina akan menggunakannya untuk menyerang sasaran yang jauh di wilayah Rusia.

Penggunaan rudal balistik jarak jauh yang dipasok Korea Utara terhadap Ukraina pada Bulan Desember dan Januari, meskipun ada peringatan dari AS dan pihak swasta untuk tidak melakukan hal tersebut, membuat Rusia berubah pikiran, ujar pejabat AS tersebut.

Salah satu faktor dalam pengambilan keputusan AS adalah penargetan Rusia terhadap infrastruktur penting Ukraina, kata pejabat itu.

"Kami memperingatkan Rusia tentang hal-hal itu,” kata pejabat itu.