Bantah Klaim Menteri Pertahanan Rusia Soal HIMARS, Pentagon: Itu Salah, Ukraina Menggunakannya dengan Akurasi Menghancurkan
Ilustrasi HIMARS. (Wikimedia Commons/DVIDSHUB)

Bagikan:

JAKARTA - Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) membantah dengan tegas klaim Rusia, terkait keberhasilan mereka mengancurkan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) besutan AS dalam perang di Ukraina.

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, menurut Interfax, mengatakan pada Hari Selasa, Rusia telah menghancurkan HIMARS setelah Moskow mengerahkan puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari.

"Kami mengetahui klaim terbaru dari Menteri Shoigu ini dan itu sekali lagi benar-benar salah," Todd Breasseale, penjabat juru bicara penjabat Pentagon, melansir Reuters 3 Agustus.

“Apa yang terjadi, bagaimanapun, adalah bahwa Ukraina menggunakan dengan akurasi dan efektivitas yang menghancurkan, masing-masing sistem rudal presisi yang sepenuhnya diperhitungkan AS, Sekutu kami, dan mitra telah menyediakan mereka untuk bertahan melawan invasi kriminal brutal Rusia,” papar Breasseale.

Sebelumnya, Rusia secara teratur mengklaim telah menghancurkan HIMARS, tetapi belum menunjukkan bukti.

Selain HIMARS, Menteri Shoigu juga mengatakan Rusia telah menghancurkan lima sistem peluncuran rudal anti-kapal Harpoon dan 33 howitzer M777 sejak Moskow mengerahkan puluhan ribu tentara ke Ukraina. Reuters tidak dapat memverifikasi keakuratan laporan tersebut.

Adapun pejabat Ukraina mengatakan mereka mengoperasikan hingga selusin sistem HIMARS, yang akurasi dan jangkauannya memungkinkan Kyiv mengurangi keunggulan artileri Rusia.

Diketahui, Tembakan roket jarak jauh dipandang penting dalam konflik, karena pasukan Rusia dan Ukraina terus terlibat dalam pertempuran artileri dan rudal brutal di wilayah yang relatif terbuka di wilayah Donbas timur.

Washington telah melatih lebih dari 100 tentara Ukraina untuk mengoperasikan peluncur. Secara total, kata Pentagon, AS telah mengirim sekitar 8,8 miliar dolar AS bantuan keamanan ke Ukraina sejak Januari 2021 dan sekitar 6,9 miliar dolar AS sejak invasi Rusia pada Februari.