Bagikan:

JAKARTA - Pengadilan tinggi Rusia pada Selasa menetapkan Resimen Azov Ukraina sebagai kelompok teroris, kata seorang koresponden Reuters di ruang sidang. Keputusan tersebut membuka jalan bagi tentara Azov yang ditangkap untuk diadili di bawah undang-undang anti-teror yang ketat, terancam dipenjara hingga 20 tahun.

Resimen Azov, yang memiliki akar sayap kanan dan ultra-nasionalis, telah menjadi salah satu formasi militer Ukraina paling menonjol yang berperang melawan Rusia di Ukraina timur.

Setelah dimulai sebagai unit paramiliter yang berperang melawan pemberontak pro-Rusia pada tahun 2014, unit ini kemudian diintegrasikan ke dalam penjaga nasional Ukraina.

Terkait Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Telegram, Resimen Azov mengatakan Rusia sedang mencari pembenaran baru untuk kejahatan perang, mendesak Departemen Luar Negeri Amerika Serikat untuk menetapkan Rusia sebagai negara teroris.

"Setelah eksekusi publik terhadap tawanan perang dari resimen 'Azov' di Olenivka, Rusia mencari alasan dan penjelasan baru atas kejahatan perangnya," kata unit tersebut dalam unggahan tersebut, melansir Reuters 2 Agustus.

Pernyataan tersebut merujuk pada ledakan pekan lalu di sebuah lokasi yang menampung tawanan perang Ukraina, yang menurut Moskow menewaskan lebih dari 50 orang. Baik Ukraina dan Rusia saling menyalahkan atas ledakan tersebut.

Rusia secara teratur mengutip Azov untuk mendukung pernyataannya, Ukraina dikendalikan oleh 'fasis'. Media pemerintah Rusia telah membandingkan pejuang Azov dengan Nazi era Perang Dunia Kedua, yang kekalahannya oleh Uni Soviet tetap menjadi bagian inti dari identitas nasional Rusia.

Sebelumnya berbasis di kota pelabuhan Mariupol, Ukraina timur, banyak personel resimen Azov ditangkap oleh pasukan Rusia ketika kota itu jatuh pada Mei setelah pengepungan selama hampir tiga bulan.

Pejabat di Republik Rakyat Donetsk, entitas yang didukung Rusia yang mengklaim Mariupol sebagai bagian dari wilayahnya, mengatakan pada Bulan Mei, pejuang Resimen Azov yang ditangkap dapat menghadapi hukuman mati di bawah undang-undang republik yang memproklamirkan diri.

Pekan lalu, Kedutaan Rusia di London mengatakan dalam sebuah unggahan Twitter, personel Azov yang ditahan harus digantung dan bahwa mereka "pantas mendapatkan kematian yang memalukan".