Prihatin dengan Situasi di Ukraina, Paus Fransiskus Sampai Datangi Kedubes Rusia Selama 40 Menit
Paus Fransiskus. (Wikimedia Commons/Benhur Arcayan)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah hal yang jarang sedang dilakukan Paus Fransiskus. Dia pergi ke kedutaan Rusia di Via della Conciliazione di Roma menemui duta besar Moskow Jumat 25 Februari hanya untuk menyampaikan keprihatinannya soal invasi Rusia ke Ukraina.

Ini belum pernah terjadi sebelumnya dari protokol diplomatik.

Kunjungan seorang paus ke kedutaan untuk berbicara dengan seorang duta besar di saat konflik belum pernah terjadi sebelumnya.

Utusan asing biasanya dipanggil oleh Sekretaris Negara Vatikan atau bertemu dengan paus di Istana Apostolik.

Juru bicara Vatikan, Matteo Bruni mengatakan paus menghabiskan lebih dari setengah jam di kedutaan. Dia datang ke sana naik mobil berwarna putih.

"Dia pergi untuk mengungkapkan keprihatinannya atas perang," kata Bruni dikutip dari Channel News Asia. Namun Bruni menolak memberikan rincian tentang kunjungan atau apa saja yang menjadi bahan diskusi.

Bruni juga menolak mengomentari laporan media Argentina kalau Paus telah menawarkan mediasi Vatikan. Duta besar Rusia Aleksandr Avdeyev juga membantah hal ini.

Avdeyev bilang, pertemuan itu berlangsung sekitar 40 menit dan bahwa paus menyatakan "keprihatinan besar" tentang situasi kemanusiaan di Ukraina.

Duta besar itu dikutip mengatakan bahwa paus "menyerukan perlindungan anak-anak, perlindungan orang sakit dan penderitaan, dan perlindungan orang-orang".

Paus Fransiskus sebelumnya sudah membuat seruan yang tulus untuk perdamaian di Ukraina. Katanya, perang telah menyebabkan "rasa sakit yang luar biasa di hati saya."

"Terlepas dari upaya diplomatik beberapa minggu terakhir, skenario yang semakin mengkhawatirkan terbuka, dengan banyak orang di seluruh dunia merasa sedih dan sakit," kata Paus dikutip dari Vatican News 24 Februari.

"Sekali lagi perdamaian semua terancam oleh kepentingan partisan," tegas Paus Fransiskus, seraya mengimbau mereka yang "memiliki tanggung jawab politik untuk memeriksa hati nurani mereka dengan serius di hadapan Tuhan, yang adalah Allah perdamaian dan bukan perang, yang adalah Bapa dari semua, bukan hanya sebagian, yang ingin kita menjadi saudara dan bukan musuh."

Dalam kesempatan tersebut, Paus juga berdoa agar "semua pihak yang terlibat menahan diri dari tindakan apa pun, yang akan menyebabkan lebih banyak penderitaan bagi rakyat, mengacaukan koeksistensi antar negara dan membawa hukum internasional ke dalam keburukan."